Monday, June 15, 2009

Nadia & Her Hobbies

Nadia membaca buku "duo stories"-nya dalam hening, sementara aku menyiapkan mie Tom Yam instant buat makan malam dan bapaknya masih serius menekuri komputer-nya. Sebenarnya suasana tidak sehening itu karena nyala TV masih menemani kesibukan kami...maklum acara Master Chef masih menjadi favorite kami berdua [aku dan Nadia]. Jadi disetiap jeda iklan aku melanjutkan proses memasak-ku....lari-lari antara dapur dan kamar yang memang kubiarkan tertutup rapat karena bau masakan yang aku pastikan bakal semerbak menyerbu seluruh ruangan. Kalau bau roti sih enak...harum. Nah ini bau udang teman makan Tom Yam pasti-lah bikin semua ruangan terasa amis nantinya. Nadia-lah yang menjadi sirine kalau acara sudah mulai lagi......"Mom...it's back"....enaknya punya anak yang punya hobby sama....:-D.

Hobby Membaca-nya

Sudah sebulan ini Nadia mulai membaca buku yang lebih banyak tulisan daripada gambarnya. Proses perkembangan membacanya semakin meningkat kukira. Kalau dulu dia suka membaca sambil mengucapkan kini dia mulai hanya menekuri jejereran huruf-huruf dalam diam...dan hanya matanya yang bergerak lincah menandakan bahwa dia sedang asyik membaca. Kalau dulu buku-buku yang dipinjam-nya masih berkisah tentang anak-anak dengan beraneka gambar kini dia mulia mengemari buku-buku yang berkisah tentang petualangan anak-anak usia antara 8 -12 tahun.....seperti "The Saddle Club-Kisah Club Berkuda"......

Peran guru sebagai motivator sangat mempengaruhi keseriusan Nadia menyelesaikan buku-buku yang menjadi kewajiban dia untuk dibaca di rumah. Tanpa harus dipaksa maka setiap malam dia akan menyiapkan folder Reading Book-nya, membaca dengan keras kalau ada aku di sampingnya dan meminta tanda tanganku sebagai bukti accomplishment-nya....:-D. Dan dia akan dengan bangga memperlihatkan stiker dan tulisan Mr Mallee yang memyemangati dia untuk terus rajin membaca.......

Tanpa terasa hampir 2 tahun budaya membaca Nadia terbentuk di sini. Hanya dalam hitungan bulan saja gairah membacanya begitu meningkat. Padahal ketika kami hendak berangkat ke OZ aku sedikit kuatir karena dia sama sekali tidak berselera untuk belajar bahasa Inggris. Untungnya beberapa teman yang sudah senior dalam dunia pendidikan memberikan ketenangan dengan mengatakan "tenang aja bu, anak itu otaknya masih seperti spon yang mampu menyerap segala sesuatu dengan cepat". Dan benar aja aku yang dulunya mengajari dia sekarang harus berbalik diajari dia terutama tentang bagaimana mem-pronunciation-kan sebuah kata dengan benar.....malah kadang aku jadi sering diketawain dia kalau salah.....:D maklum nduk ini lidah sudah jawa medok.

Kegemaran itu pada awalnya memang terasa dipaksa. Bagaimana tidak, setiap hari Nadia harus membawa satu buku berdasarkan tingkat membacanya [ini yang menentukan guru-nya]. Dari buku yang simple kata2-nya sampai akhirnya menjadi buku setengah cerpen yang mulai kompleks bahasa-nya. Tentu saja dibalik paksaan tersebut ada reward yang membuat anak seperti berlomba-lomba untuk mampu menyelesaikan bacaannya......

Perpustakaan sekolah dan perpustakaan wilayah-pun menjadi alat penyaluran hobby Nadia yang satu ini. Agar tertib maka jadwal peminjaman di perpustakaan sekolah masing-masing kelas ditentukan....untuk kelas Nadia adalah setiap hari Jum'at....jadi setiap hari Jum'at dia akan mendapatkan tambahan pinjaman buku.

Sedangkan kami sendiri juga membuat jadwal berkunjung ke perpustakaan wilayah yaitu pada hari minggu dimana Subrub Library kami buka mulai pukul 2 siang sampai 5 sore. Nah kalau di sini Nadia nggak cuma kalap pinjam buku tapi juga kalap pinjam VCD......yang enaknya nggak dibatasi jumlah pinjamannya.

Dapat sarana seperti ini tentu saja sayang kalau dilewatkan. Menginggat ketika kami nanti harus balik ke kota kami yang namanya perpustakaan mungkin masih belum jadi kebutuhan pokok yang perlu dipertimbangkan keberadaannya....padahal "buku adalah jendela dunia". Dengan-nya manusia akan mampu menularkan informasi dan pengetahuan. Sampai kadang begitu kuatnya keyakinan itu hingga aku sering terobsesi untuk mempersuasi orang lain agar membuat anak-anak-nya mencintai buku. Hingga kubermimpi jika penyediaan sarana untuk membuat orang tercerahkan pikirannya seperti buku, jaringan internet bisa menjadi primadona pembangunan mungkin bangsa kita bisa menjadi bangsa yang tak terbelakang lagi.

Hobby Nonton-nya

Beralih dari buku, Nadia juga punya hobby lain yaitu nonton film. Untuk acara TV atau VCD dia kelihatannya sudah nggak hobby lagi melihat film-film kartu produksi WB....kalau dulu aku sampai bosan banget menemani dia nonton VCD "Harry Potter" atau "The Fairies" atau "Bratz" tapi kini hobby-nya mulai bergeser melihat serial TV seperti "The Saddle Club", "M.I. High-Kisah TV ttg detektif remaja"....

Kisah-kisah dalam setiap film-film itu sering mempengaruhi daya imajinasi Nadia saat bermain.....kalau dulu karena terpengaruh film "HP", "The Fairies" maka dia sering banget minta dibelikan pernak-pernik yang berhubungan dengan dunia para peri seperti "pakaian balet", "sayap kupu-kupu", "tongkat ajaib"....ampun deh semuanya serba pink!!!

Kini dengan perubahan haluan tontonan-nya....maka pernak-pernik yang dia inginkan-pun berubah, kuda......kuda.....kuda.....kuda......sampai dia searching lagu-lagu Saddle Club di YouTube, nyari sendiri data Club Berkuda yang dia ingin ikuti dari soal biaya, lokasi[ sampai info detailnya [untuk yang ini nggak terturuti ya nak....], kalau lihat boneka kuda rasanya kalap pingin beli aja....kasihan sih....cuma entar aja deh di Indo soalnya barang yang mau diangkut ke Indo sudah audzubillah banyaknya....dan yang lebih ajaib lagi setiap hari dia menjadikan kursi satu-satunya di unit kami menjadi kuda tunggangan dia, di kasih bantalah buat saddle-nya, kain sprei-pun harus direlakan untuk menjadi penutup saddle-nya, jump-rope-nya diagunakan untuk menjadi tali kekang dan selalu diikat dimanapun [sebelnya kadang bikin kesandung orang yang jalan dan kadang harus rajin membuka ikatnya kalau kita mau pakai kursinya]....puih....belum lagi dia bikin acara lompat kuda setiap harinya....jadi pulang sekolah dia sudah bikin arena berkuda sendiri dengan membuat halang rintang di-mana-mana....berhubung nggak ada kuda beneranya jadi dia lari sambil lompat-lompat sendiri.....bagus kali ya buat olah raga sore.......benar-benar nggak ada capeknya. Untung unit kami termasuk luas....jadi bebas deh dia lari dari satu ruangan ke ruangan yang lain.....:-D

Nah acara pretender lainnya terpengaruh sama film M.I. High....ini kisah detektif remaja yang berusaha menyelamatkan dunia dengan teknologi yang kayaknya kalau pas jaman kecil-ku setara dengan "Mission Impossible"......Nah kalau keinginan ini yang sedang kambuh maka lemari pakaian bakal jadi sasaran.....dia akan mencari semua jaket bapak atau ibunya yang berwarna hitam....biar kedodoran yang penting hitam. Ditambah dengan kaos panjang hitam dan celana hitamnya dia akan beraksi dengan segala "gadget" yang dia buat sendiri.......dari telepon gengam yang udah rusak, kertas-kertas berisi nama-nama sandi, pensil yang digunakan sebagai pemancar....dan entah apalagi yang bergatungan di tali pinggang kamar mandi-nya. Kadang aku sampai ketawa sendiri melihat kesibukannya.......dan anehnya dia enjoy banget dengan imajinasinya.

Dari setiap imajinasinya aku melihat dia selalu memilih menjadi tokoh yang baik....meniru tindakan tokoh idolanya yang mencintai kudanya dan selalu menjaga persahabatan seperti dalam film TSC atau menjadi tokoh pembela kebenaran dalam film M.I. High. Dia juga selalu bilang "Why is she/he so mean, mom?" kalau melihat perbuatan pemain antagonis-nya. Paling tidak dia sudah belajar untuk membedakan mana tindakan yang baik dan mana yang tidak.........

Walau masih sering juga timbul rasa was-was akibat efek negatif dari film yang ditontonnya....tapi sampai saat ini kami belum memutuskan untuk menstop secara total hobbynya yang satu ini. Karena sampai saat ini aku masih melihat dia masih mampu membedakan tontonan yang boleh dia tonton atau tidak berdasarkan label-label standar yang ditentukan oleh pemerintah OZ. Seperti di bawah ini :

TV Classification System for Australia

Exempt From Classification
The “E” rating indicates material that is exempt from classification.
For General Exhibition
The G rating indicates material that is suitable for all ages. Violence must “have a low threat and be justified by context”, sexual activity, nudity and drug use may only be “very discreetly implied”, and coarse language must be “very mild and infrequent”.
Parental Guidance Recommended For Young Viewers
The PG rating recommends parental guidance for young viewers. It is more relaxed in all categories. Violence should be mild and infrequent, and drug use and nudity should be justified by context. Coarse language must be mild and justified by context. This category allows the use of words such as "shit" and "bitch".
Recommended For Mature Audiences
The M rating is recommended for mature but relatively young audiences. Language is moderate in impact, allowing the use of words such as 'fuck,' but "aggressive or strong coarse language" should be infrequent, and sex may be moderately implied. Sexual violence must be limited. Drug use can be depicted in context. This is the highest unrestricted rating.
Suitable For Mature Audiences Only
The MA15+ rating is restricted to those 15 and over meaning those under 15 cannot legally view the film without being accompanied by a parent or legal guardian. It may contain strong bloody violence if justified by context, strong implication of sexual activity, and strong impact coarse language (though “very coarse language” should be infrequent), and “strong themes”.

Resouce : wikipedia

No comments: