Tuesday, February 26, 2013

Perjuangan Itu Tidak Instan…….


Keputusan menghentikan sebagian aktifitasku untuk fokus pada perkembangan putri-putriku akhirnya berbuah hasil juga. Hari ini, di papan pengumuman sekolah terpampang hasi Try Out UN pertama SDIT Nidaul Hikmah dengan nama Nadia (nama anak pertamaku), di urutan pertama. Nilai total 26 berhasil di raihnya, 9 untuk bahasa Indonesia, 9 untuk Matematika dan 8 untuk IPA. Mungkin bagi orang tua lain itu hal ini hanyalah urusan biasa, toh nilai memang tidak menentukan segalanya. Tetapi bagi-ku proyek kecil bersama anakku ini menjadi begitu berarti kalau menginggat perjuangan gigih dia mencoba mewujudkan salah satu mimpinya. Tanpa terasa ada sedikit linangan air mata yang tergenang di ujung mataku. Selamat ya nduk….perjuangan kita baru saja dimulai.


“Ma, jangan sibuk di depan computer terus toh, mbok bantu aku belajar untuk UN” begitu rengek si sulung memintaku di akhir November 2012. Di saat itu aku memang masih sibuk-sibuknya untuk menyelesaikan proyek organisasiku yang seperti biasa cukup menyita waktu dan pikiranku di sela-sela urusan keluarga.  Ups, what’s wrong nih? Nggak biasa-biasanya ada statement begini. Biasanya dia berempati aja dengan kegiatanku yang seabrek yang jujur saja di saat-saat tertentu jadi agak terlalu padat….hehehe ….”Loh khan biasanya mama juga bantu kakak kalau lagi belajar”, jawabku membela diri sambil sedikit mengernyitkan kening. Benakku mulai berusaha mencerna. Kok kelihatan desperate banget nih anak, bukankah hampir selama setahun belakangan ini dia sudah begitu mandiri untuk belajar sendiri tanpa perlu terlalu kuawasi. Tidak seperti awal-awal dia kembali mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikannya, dimana aku harus jatuh bangun untuk membantu dia memahami bahasanya sendiri. Dan sepanjang setahun ini hasil pelajaran di sekolahnya pun alhamdulillah tidak juga menurun atau mengecewakan.

Permintaan sedikit menghiba itu, akhirnya membuatku berfikir. OK deh kalau anak sudah protes begini, berarti ada yang sedikit error. Maka kuputuskan untuk fokus dulu deh pada nih anak yang minta perhatian. Dan mulailah aku mencoba mencari tahu duduk persoalannya. Pertama, kucek dulu kinerja kerja sebagai ibu rumah tangga. Kenapa dia sampai protes bahwa aku walau fisiknya berada di rumah tetapi pikirannya ternyata melalang ke penjuru dunia…..hehehe. Protes sulungku “Mama terlalu sering berada di depan computer” menjadi masukan yang akhirnya membuatku memutuskan untuk mulai menggurangi dulu aktifitas-aktifitasku di luar kedua anakku, walaupun sebenarnya aktifitas itu cukup produktif….bukankah menebarkan ilmu juga merupakan sebuah ranah produktifitas ibadah.

Dan aku berjanji padanya untuk berusaha membantunya sekuat mungkin untuk mewujudkan mimpi Sukses UN-nya. Dan langkah pertama kali yang kulakukan adalah mencari tahu dulu atau memetakan kemampuan dia dalam memahami materi 3 mata pelajaran yang akan di UN-khan itu. Aku mulai hunting buku-buku yang berhubungan dengan UN sampai blusukan cari buku loakan ke loakan Pasar Raya Salatiga…..hehehe. Gitu ya kalau udah focus, sambil jalanpun mata masih aja kelihatan aja kalau ada buku-buku bekas yang kelihatan bisa digunakan untuk menambah perbendaharaan soal-soal. Dan tentu saja tak lupa mencari pinjaman buku  dari Ibu Guru-nya  dan kakak-kakak kelas-nya.  

Walau pilihan untuk mengikutkan  dia Les di beberapa lembaga bimbingan belajar yang banyak bertebaran bisa saja menjadi solusi yang termudah, tapi kami berdua (aku dan bapaknya) tidak mengijinkan dia untuk ikut, karena kami berdua sudah membayangkan betapa jenuhnya pikiran dia. Sudah seharian belajar materi kurikulum di sekolah. Eh pulang-pulang masih juga harus les duduk manis ketemu dengan hal-hal yang sama. Dunia khan tidak selebar daun kelor. Masih banyak hal lain yang bisa dilakukan…..hehehe. Sebagai gantinya aku menawarkan pilihan untuk membuatkan program “Sukses UN Tanpa Stres”. Syaratnya gampang…..Mimpi, Doa, Sholat, Sedekah dan Follow the program step by step….walah emang emaknya ini lebay deh kalau urusan begini. Kesepakatan pun dibuat, dan pengertianpun mulai ditanamkam. “Kalau nggak mau stress, belajarnya dicicil ya”. Dan begitu proyek-ku selesai di bulan Desember maka akupun untuk sementara mengundurkan diri dulu dari hinggar bingar organisasi. Fokus untuk mulai menyusun strategi buat sulungku. UN masih di bulan Mei, artinya kami masih punya 4 bulan ke depan untuk menikmati proyek ini….hehehe.

Di 2 bulan pertama yaitu Januari-Februari  aku meminta dia untuk menyelesaikan sebanyak mungkin contoh soal-soal yang coba kurangkumkan dengan bantuan kisi-kisi dari pihak sekolah. Dengan pengolaha data statistic, mulailah terlihat peta kesulitan dia. Mulailah bantuan tutorial  aku berikan untuk menjelaskan materi-materi yang belum dia kuasai. Hal ini lebih meringkas waktuku daripada aku harus mengulang mengajar semua materi yang ternyata sudah dia kuasai. Wah jadi ngerasa ginikah rasanya jadi guru les …hehehe. Dan sebagai konsekwensinya maka aku harus meluangkan malam-malamku menjadi malam-malam penuh keasyikan mencari, mengevaluasi soal-soal sesuai dengan materi dan pola soalnya untuknya. Tidak lupa untuk komitment yang sudah dia berikan dalam menjalankan program bersama ini, kami memberikan reward kalau dia berhasil menyelesaikan materi sesuai dengan jadwal yang sudah kita sepakati. Yah reward bagi anak seumur dia masih tetap menjadi hal yang ditunggu-tunggu. Rewardnya-pun nggak yang aneh-aneh, contohnya main sepatu roda di selasar kartini, atau beli es krim kesenangannya.

Dan sebagai hasil awal dari proyek ini. Aku mulai bisa merasakan beberapa hal yang positif. Dari pihakku aku sendiri jadi tidak ikut stress karena mulai bisa memahami kesulitan anakku dan mencoba membantunya. Nadia sulungku pun jadi nggak stress juga dan lebih percaya diri ketika dia sudah makin memahami materi yang diajarkan. bahkan dia jadi bisa menikmati mengerjakan soal-soal karena mengerjakannya sambil santai tanpa dikejar-kejar waktu yang sudah mepet dengan saat ujiannya. Alias no SKS (sistim kebut semalam).  Sebagai buktinya dia mau mengerjakan target penyelesaiannya di sela-sela dia menunggu-ku meeting, atau saat kami  menginap di rumah saudara, bahkan dia masih mau tekun mengerjakan sepanjang perjalanan salatiga – solo atau salatiga-semarang saat kami ada keperluan yang berhubungan dengan proyek pembangunan Graha Nugraha kami….Alhamdulillah. Semua itu dilakukan sambil masih sempat membantuku mengurus rumah, mengurus adiknya atau menikmati kegemarannya di dunia craft. Maka yang ada di benakku cuma harapan,  kalau dia bisa menikmati proses begini kemungkinan untuk materi-materi pelajarannya nyantol di memorinya khan bisa lebih besar. Amien

Namun perjuangan kami belum selesai sampai di sini. Satu demi satu tantangan ke depan masih harus dihadapi. Try Out ke 2 sudah akan dimulai di awal minggu depan, Tryout – Tryout berikutnya sudah menanti di bulan Maret dan April. Dan the Big Moment “Sang UN” masih harus dilalui di bulan Mei. Tapi bagi kami yang terpenting adalah bahwa proyek ini bisa menjadi salah satu proyek dari sekian banyak proyek pembentukan mental pada anak-anak kami. Belajar Bermimpi, Mengajarkan Proses mewujudkan Mimpi-Mimpinya, Meningkatkan Rasa Percaya Diri, Menanamkan Sikap Tawakal Dalam Arti Yang Sesungguhnya, Membentuk Sikap Ulet-Pantang Menyerah, Meningkatkan Kemampuan Problem Solving, Manajemen Waktu dan Kemampuan Menikmati Setiap Proses-lah yang sedang kami coba untuk tanamkan bagi pengembangan jiwa enterpreneurshipnya. Semoga Allah meridhoi upaya kami. Amien.

NB : Mohon doa untuk kesuksesannya melalui semuanya ya……Terima Kasih banyak.