Wednesday, December 13, 2017

Pomodoro


Jadi emak-emak yang harus mulai lagi ikut belajar di sebuah kelas, jujur membutuhkan energi extra. Karena keinginan yang kuat untuk bisa menguasai materi [eman-eman sudah jauh-jauh menempuh perjalanan, menembus panas dan hujan, mengurangi jatah istirahat, menanguhkan setumpuk pekerjaan rumah], maka aku harus sering bertempur dengan lelah yang teramat sangat karena ketidak efektifkanku dalam belajar.

Walau setiap hari sudah selalu menyisihkan waktu untuknya. Namun begitulah…tanpa mengkambing hitamkan tugas  emak-emak yang pikirannya harus terbagi-bagi antara ibadah, urusan tetek bengek rumah tangga, menemani tumbuh kembang anak, plus urusan kemasyarakatan [weleh duwur ki bahasane], maka aku mulai merasa mengalami degradasi kemampuan menghafal yang fatalnya dalam belajar bahasa ini menjadi syarat mutlak kemampuan yang harus dimiliki.

Berbagai cara kulakukan, dan anehnya setelah kuanalisa cara yang kulakukan selalu muter pada 3 hal yang dikenal dengan istilah (istilah inipun baru pertama kali aku tahu...jadul ya) : TRIPLE COMBO

TRIPLE COMBO ini menyatakan bahwa meskipun ada yang mengatakan bahwa tipe belajar manusia itu ada 3 macam yaitu AUDITORIAL – VISUAL – KINESTETIK. Namun faktanya, semakin banyak indera yang kita gunakan saat belajar maka akan semakin banyak informasi yang bias terserap.

Jadi menurut teori ini, cara yang paling efektif yaitu sebagai berikut : Pertama-tama bacalah dan pahami materi pelajarannya (visual), bacalah sambil mengucapkanya (auditorial), lalu setelah itu tulisakan hal-hal yang kamu pelajari di buku catatan (kinestetik). Karena fakta tambahan, mengatakan bahwa menulis dengan tangan jauh lebih menyerap informasi daripada mengetik.

Semua itu sudah kulakukan : Baca materi dengan komat-kamit menghafakannya, setelah itu dibaca sampai anakku kadang heran kok mama masih juga menghafalkan sesuatu yang hampir sama dengannya…hihihi. Malah kadang ikut membetulkan. Sudahlah kutendang jauh dulu rasa Maluku….hihihi.. Trus berlembar-lembar kertas sudah kuhabiskan untuk menulisnya. Namun ya itu tadi tetap saja belum mudah juga tuh hafalannya nyantol di pikiranku.

Nah saat membaca di sebuah situs, baru menemukan sebuah metode belajar yang disebut POMODORO yang diciptakan Francesco Cirilio. Sebenarnya nggak jauh-jauh juga dengan apa yang sudah kulakukan selama ini dengan keharusan memiliki kemampuan Multi Tasking sebagai emak-emak rempong….hehehe. Dengan kewajiban untuk tetap menjalankan tugas-tugas negara maka selama ini kalau belajar ya disambi-sambi. Setelah belajar beberapa menit trus harus meriksa cucian, belajar lagi trus harus diselingi njemur baju pumpung matahari sedang baikan muncul, balik ke meja tak lama kemudian harus siap2 menyiapkan makanan. Balik lagi ke meja, beberapa menit lagi trus harus jemput anak. Jadi pecahlah konsentrasi sebentar-sebentar. Maka menghafal menjadi sebuah siksaan bagiku….. hehehe.

Tapi bukan tipe fighter kalau kita nggak mau cari solusi. Nah si POMODORO ini yang mau kucoba diterapkan. POMODORO sendiri ternyata turunan dari hasil penelitian yang menemukan bahwa manusia rata-rata bisa mencapai focus terbaiknya selama lebih kurang 25 menit.

Jadi garis besar tekniknya adalah sebagai berikut :

  1. Siapkan tugas yang mau kamu kerjakan.
  2. Set timer di HP kamu selama 25 menit.
  3. Kerjakan tugas kamu dengan fokus, sampai timer berbunyi. Ingat, selama 25 menit ini, kamu nggak boleh mengerjakan apapun—termasuk ngelirik hape—selain belajar. 25 menit inilah yang disebut sebagai “jendela kerja”.
  4. Setelah timer berbunyi, berhentilah bekerja, meskipun tugas yang kamu kerjakan itu belum selesai.
  5. Istirahatlah selama 3-5 menit. Kamu bisa mengisi waktu istirahat ini untuk ke toilet, minum, stretching, ngerjain tugas tetek bengek rumah atau cek hape kalau-kalau ada pesan penting.
  6. Setelah empat “jendela kerja” berlalu, kamu boleh istirahat panjang sekitar 15-30 menit.
Menurut penelitian Staffen Noteberg, seorang lulusan Royal Institute of Technology di Stockholm yang mengajarkan Teknik Pomodoro, teknik ini digunakan banyak orang karena si konsep “jendela kerja” memang efektif untuk menghindari distraksi.
Kenapa setiap 25 menit kita harus istirahat? Supaya nggak bosan.
Trus, kenapa break-nya sebentar banget? Supaya kamu nggak kebablasan melakukan hal-hal lain yang menyita waktu.
Kok kayaknya teknik belajar ini bikin terpenjara banget, ya? Sebetulnya nggak, kok. Tujuan utama teknik ini sebenarnya membiasakan otak kamu untuk tetap fokus dalam mengerjakan satu hal. Kalau otak kamu mulai terbiasa bekerja seperti itu, lama-lama kamu nggak butuh timer lagi. Kamu jadi bisa mengatur fokusmu sendiri, tanpa banyak terdistraksi.

Note buat teman-teman seperjuangan :
Dan kalau masih punya anak balita…..ehmmmm. Jangan protes ya. Seperinya tetap harus cari cara lain lagi, karena si balita tetaplah sesuatu yang tak bisa diprediksi waktu & kebutuhannya….hahaha.


Resource :
https://www.hipwee.com

Salatiga, 13-12-2017
#belajarbahasaarab

Antara G30-PKI dan si itu

Waktu aku masih remaja. Setiap mendekati tanggal 30 September. Bapak suka sekali bercerita. Dan aku adalah anak yang sangat doyan mendengarkan cerita sambil bertanya sana-sini tentang hal-hal yang menurutku sangat heroik.

Tahun berselang dan hari itu aku berada di hadapan murid-muridku. Bertanya adakah yang tahu tentang G30S-PKI. Hampir semua mengelengkan kepala…..apaan itu bu. Oh….aku tidak menyalahkan mereka karena di pelajaran mereka hanya diminta untuk menghafalkan tanggal terjadinya dan nama-nama pahlawan revousioner yang gugur pada saat ini. Namun rasa tak pernah masuk ke sanubari mereka.

Dulu waktu jaman masih sekolah, seingatku pernah nonton bareng film G30S-PKI bareng-bareng teman sekolah. Sampai nggak usah menghafalkan buku, kita teringat kisah Ade Irma Suryani sang pahlawan kecil yang gugur sebagi tameng sang bapak Jenderal Nasution yang saat itu hendak diculik oleh Pasukan CakraBirawa.

Sedih, takut dan bersyukur bahwa akhirnya pemberontakan itu bisa ditumpas. Film itu ternyata hanyalah satu dari sekian banyak kisah mengerikan seputar pemberontakan PKI.

Bapak sebagai saksi sejarah ingat betul bahwa saat terjadi masa Partai Komunis Berkuasa, maka pria-pria muslim kalau sudah maghrib tidak akan berada di rumah. Mereka berkumpul di Masjid untuk siap bertempur apabila PKI mulai bergerak.

Di Magetan dan Madiun, cerita lebih mengerikan lagi. Sebelum Pasukan Siliwangi berhasil menguasai daerah-daerah itu maka adigang adigung adiguno-nya para pengikut PKI melakukan aksi-aksi untuk membunuhi orang-orang yang masuk dalam black list mereka. Sungai-pun banjir darah. Orang-orang mulai terbiasa melihat mayat-mayat yang terapung di sungai……Sampai kemudian Pasukan Siliwangi dan umat islam bangkit.

Base on the story, satu hal yang bahkan setelah aku hidup sampai saat ini, dan melihat sejarah terulang dalam wujud yang sedikit berbeda tapi intinya sama. Umat kami di Indonesia tak pernah “Mengawali Masalah.” Bahkan umat kami memiliki keluasan jiwa untuk menerima perbedaan, keluasan sikap toleransi, bahkan kesiapan untuk saling membantu. Namun, kami juga adalah umat yang siap berjuang jika aqidah kami diserang.

Dan di tahun ini, bangsa kami kembali dicoba dengan kasus “Penista Agama” yang anehnya begitu kuat kekuasaan di belakangnya. Hingga dia hamper menjadi Untoucble Man.Dari pelajaran kehidupan yang aku jalani selama ini….aku melihat bahwa kalau seseorang atau sesuatu itu menjadi terlalu berkuasa hingga hukum-pun tunduk padanya. Maka mulai-lah berhati-hati akan kehancuran yang menyertainya. Kisah Firaun dalam Al Qur’an harusnya bisa jadikan pelajaran. Bahkan karena begitu berkuasanya dia menyamakan dirinya dengan Tuhan.

Nah, kalau yang jaman sekarang si dia sih bilang. “Saya tidak takut kehilanan jabatan bahkan nyawa saya, karena saya tahu saya akan masuk surga, dapat rumah, dapat makan…….”. Waduh ulama kami saja tidak ada yang bisa menjamin dirinya sehebat itu. Mungkin karena saking yakinnya dia maka dia merasa boleh menggunakan segala macam cara untuk mencapai keingingannya. Tapi anehnya walaupun dia bilang begitu, kenyataannya si dia kemana-mana ya tetap di kawal pasukan bahkan sampai pakai water cannon segala …. lah gimana toh ya. Apakah hal itu juga mengandung arti bahwa sebenarnya si dia juga nggak yakin2 banget terhadap kuasa Tuhan. Jadi membayangkan jika terjadi pertempuran seperti pertempuran 10 November, si dia aka nada di posisi mana ya?

Saat ini, jika hal yang seperti ini saja sangat sulit dicari keterpihakan hukum. Maka tunggulah peristwa-peristiwa besar lainnya nanti yang akan terjadi, mereka akan bolak-balikkan hukum demi untuk menjaga kepentingan besar mereka.

dianfa - 13-12-2016
Habis nonton sidang "Sang Penista Agama"
#menjemput Amar Makruf Nahi Mungkar – Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran”