Wednesday, June 17, 2009

Ikut IT Kids Fiesta 2006

Medio 31 May 2006


Ini untungnya punya bapak kerja dengan hal-hal yang berhubungan dengan dunia IT. Begitu dapat info mengenai adanya lomba IT Kids Fiesta 2006, langsung deh bapaknya mendaftarkan anak semata wayang-nya yang saat itu kelihatannya demen banget main berbagai game di komputer....sekalian kita juga pingin tahu sampai seberapa mental kompetisi yang tumbuh pada diri si kecil. Maklum kami memang jarang mengikutkan dia dalam kompetisi-kompetisi. Lomba ini sendiri merupakan kegiatan lanjutan yang diselenggarakan oleh PT Bangun Satya Wacana Gramedia yang dilakukan guna ikut meningkatkan kualitas SDM di bidang ICT bagi dunia pendidikan di Indonesia. Kalau sejak diadakan untuk pertama kalinya pada tahun 2004 kegiatan ini diberi nama "Smartschool Fiesta" maka sejak tahun 2006 nama kegiatan diubah menjadi "IT Kids Fiesta" dengan "IT Camp" sebagai puncaknya. Lomba ini sendiri babak penyisihannya digelar di 10 kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Bogor, Medan, Lampung Palembang dan Balikpapan.

Nah siang itu, kami terpaksa meminta ijin kepada guru kelas Nadia untuk mengikuti acar lomba tersebut. Alhamdulillah guru-guru Nadia malah mendukung. Nadi berangkat ke tempat lomba tanpa berganti pakaian seragam maklum takut telat....untung sudah di daftar ulangkan dulu sama bapaknya sehingga dia langsung bisa mendapat kaos peserta. Alhamdulillah selama menunggu giliran lomba dia sama sekali tidak rewel dan kelihatannya siap tempur...he...he...menambah keyakinan ortunya bahwa anaknya paling tidak masih punya mental kompetisi. Ketika tiba giliran dia masuk ruangan [ortu nggak boleh ikut nih] ternyata dia cuek aja dan gampang banget diarahkan oleh panitia untuk menempati tempatnya. Malah kami yang ortu harap-harap cemas dia ngerti nggak ya maksud instruksi yang diberikan oleh panitiannya. Sambil sesekali kami mengambil foto dia yang sudah berada di dalam ruangan. Deng.....begitu lomba dimulai di grupnya....ternyata dia sudah asyik mencet-mencet tuts-nya dan tampil sebagi yang pertama selesai di grupnya. Duh senengnya diriku sebagai ortu dan berharap bahwa dia bisa menboyong piala pulang ke rumah.




Sambil berharap-harap cemas kita menunggu pengumuman. Dan hasilnya sedikit kecewa karena waktu selesai Nadia mengerjakan puzzle ternyata masih kalah dari pemenang grup lainnya. Yah belum rejekinya nduk....tapi emak bangga kok bahwa Nadia sudah berani tampil berkompetisi.....:-D. Dan emaknya harus dengan sabar memberi pengertian ke dia kalau kalah bukan berarti dia nggak bagus, tapi ada anak lain yang lebih cepat lagi mengerjakan puzzle tersebut....dan mereka bisa lebih cepat mungkin karena mereka lebih rajin lagi latihan menyelesaikan soal-soal puzzle tersebut.



Informasi hasil final "IT Camp" di Jakarta ternyata mengukuhkan Balikpapan sebagai salah satu kota yang patut diperhitungkan. Alhamdulillah untuk tingkat SD...SD Patra Darma meraih juara pertama. Sedangkan untuk tingkat SMP.....SMP Nasional KPS [di bawah Yayasan KPS -tempat emak bekerja saat itu] berhasil meraih juara ke 3 di bawah bimbingan Pak Suradi Masikki. Selamat ya Pak...


We Came in as Caterpillars and are leaving as Butterflies

Medio 24 Juni 2006


Pagi itu Nadia sudah siap didadani dengan tempelan ikan-ikanan hasil kreasi emaknya setelah seminggu sebelumnya emaknya pusing tujuh keliling...bingung mau bikin apa ketika surat dari sekolah nyampe di tangannya. Surat itu berisi permohonan untuk mensupport acara wisuda pertama TKIT Mardhatillah dengan membuatkan Nadia hiasan untuk tampil di panggung dengan tema Ikan....Jadi lah beberapa hari sebelum hari H emaknya sudah mikir- mikir mau bikin hiasan ikan....Tapi seperti apa ya? Kalau Om Helmi-mu yang seniman itu pasti langsung dapat ide nduk tapi emak-mu yang gambar ayam aja nggak bisa harus super mikir nih mau bikin apa. Ya udah hal yang penting pertama adalah cari kardus bekas-nya dulu. Alhamdulillah ketika berbelanja di sebuah toko....ternyata pemiliknya baikan mau nagsih kardus bekas packing. Aman deh. Pekerjaan selanjutnya cari referensi gambar ikan di buku-buku Nadia.....dapatlah gambar ikan yang cukup gendut....Jenis ikan apa ya ini? Sepertinya mirip-mirip "Ikan Dorang"...he...he..he...Lalu dimulailah acara "Gunting dan Jahit jadilah Gaun......hi..hi...hi..." emang tikusnya Cinderalla. Beli kertas hias yang ada gradasi warnanya aja biar lebih meriah dan sekali tempel bisa banyak warnanya....jadi nggak perlu nempelin satu-persatu sisiknya, maklum emaknya sok sibuk urusan kantor saat itu. Dan biar tambah meriah lagi.... emak bikinkan mahkota dan gelang-nya sekalian. Untuk talinya....ublek-ublek lagi benang-benang di laci jahitan (berhubung nggak pernah njahit jadi benangnya masih punya stock banyak....:-D). Wolalah....jadilah "Fish Princess" yang siap manggung di acara perpisahan kakak kelasnya.

Dan Berangkatnya kita pagi-pagi [padahal biasanya kita sering terlambat]....alhamdulillah ternyata sampai di sekolah masih sepi, jadi kita bisa foto2 dulu di atas panggung. Hitung-hitung buat menginggatkan dia akan masa-masa TK-nya dulu.


Perpisahan siswa TKIT Mardhatillah angkatan pertama ini mengambil tema "We came in as Caterpillars and are leaving as Butterflies". Panggungnya ditata cantik dari tangan-tangan penuh kasih para bapak-ibu guru dan staf sekolah. Sebagian menggunakan bahan daur ulang alias bahan bekas. seperti koran-koran bekas yang digunakan untuk merenda panggung plus bendera yang digantung di langit-langit.

Anak-anak TK-pun masuk ke dalam Gedung Serba Guna dengan tertib lalu duduk dengan rapi menghadap panggung. Tak berapa lama acarapun dimulai, dari mulai pembukaan, sambutan sampai akhirnya acara yang pastinya ditunggu-tunggu yaitu penampilan anak-anak. Penampilan pertama dibawakan oleh kelas PG yang tentu saja tidak mau ketinggalan ikut nyumbang suara di acara tersebut.






Lalu dilanjutkan kelas TK-Kecil Nadia pun yang ampil dengan ikan-ikan yang bergelantungan di depan dada mereka....it's cool....Lalu kelas lainnya pun menyumbangkan performance dengan tema Kupu-Kupu. Duh cantik2-nya hasil karya para ortu...ortupun bisa berkarya demi sang buah hati.....:-D. Tiba giliran kelas selanjutnya dengan sebuah sandiwara tentang "Caterpillars become Butterflies"-nya.






Setelah selesai semua penampilan anak-anak acara-pun dilanjutkan dengan Graduation yang hanya boleh dihadiri oleh peserta dan orang tuanya. Nah karena Nadia belum termasuk anggota yang diwisuda jadi kita harus juga terusir dari arena.....:-D. Aku hanya sempat nonton para sarjana kecil berbaris rapi memakai pakaian wisuda-nya lalu kita harus segera keluar ruangan karena takut nanti menggangu kekhikdmatan acara tersebut.




Anyway....Nadia kelihatan sangat menikmati acara tersebut, apalagi ketika dia boleh mencoba-coba dandanan teman-temannya plus bisa nandanin emaknya.

Tuesday, June 16, 2009

Nadia's English Day

17 December 2005

Diantara tumpukan kaset-kaset video yang belum tergarap, aku menemukan sebuah kaset kenangan saat Nadia masih bersekolah di TKIT-Mardhatillah. Event yang aku rekam saat itu adalah "Event English Day" yang mengambil tema "Fun With English - 17 December 2005". Wah berarti sudah 4 tahun yang lalu. Kok ya cepat banget waktu berlalu.

Event ini menarik kurasa, karena berusaha mengapresiasikan kemampuan anak-anak dalam berbahasa Inggris. Acara tersebut digelar dengan mengundang Bapak Imdaad-Walikota Balikpapan selaku tamu kehormatan yang akan membuka acara. Alhamdulillah....sekitar tahun 2005 - 2007, saat di mana aku masih berkecimpung di kegiatan beberapa sekolah...terlihat perhatian Bapak Imdaad terhadap dunia pendidikan cukup tinggi. Hal ini terlihat dari sering bersedianya beliau datang selaku undangan kehormatan di beberapa event sekolah baik di Mardhatilah-Lukman Al Hakim, Sekolah Nasional KPS maupun TK/SD/SMP-IT Istiqomah.

Dalam rekaman tersebut tampak anak-anak yang maju ke panggung untuk mempresentasikan kemampuan bahasa Inggris mereka baik sebagai MC, Song Performance dan mereka semua tampak PD habis dalam versi anak-anak....:-D. Lagu-lagu yang bernuasa Islam yang dibawakan dalam Bahasa Inggris mengalir dari satu penampilan ke penampilan yang lain......:-D

Kelas Nadia hari itu kompak mengenakan baju bernuansa merah, lalu wajah mereka ditutup dengan kacamata kertas besar kreasi sendiri plus ditambah dengan topi hasil karya mereka sendiri juga.....Lucu....Lalu Lagu yang mereka bawakan adalah "Kepala Pundak Lutut Kaki" yang di Inggriskan.....sayang pas adegan dia nyanyi eh malah aku salah pencet tombol record-nya......jadi kepotong deh lagu komplitnya....ini-lah kalau emaknya sibuk mengabadikan dan bukannya menikmati penampilan anak......:-D

Selesai Stage Performance maka acara pindah dari Gedung Serba Guna ke Lapangan rumput yang luas. Dimana beberapa stand bazar makanan sudah tersedia. Ada stand Ice Cream, Stand buah-buahan, Stand Jajanan....wah pokoknya seru. Yang jual siapa lagi kalau bukan anak-anak [dibantu guru-gurunya]. Dan aturan yang berlaku dalam transaksi jual belinya adalah kewajiban untuk berbahasa Inggris....Nah bagi ortu yang belum bisa berbahasa Inggris jangan kuatir karena ada training singkat dari Bu Wilda.......he...he...he...Jadi nggak ada alasan nggak bisa pakai bahasa Inggris lagi.

Nadia hari itu kebagian jatah jualan coklat di stand Smart Chocolate. Dia jelas menikmati jualan dan nerima duit dari customer....wah jangan-jangan karena udah terlatih hitung menghitung uang sejak duni itu ya.... jadinya sampai saat ini dia paling jago kalau membahas Matematika dengan topik uang di Grade 3 kelas Mr Mallee.... ya mudah-mudahan bisa jadi calon wirausaha beneran ya nduk ... jangan kayak ibunya yang jualan aja nggak pernah bisa.

Dalam sehari itu tak terasa Nadia sedang belajar banyak hal sambil having fun. Dari mulai belajar tampil di panggung buat melatih PD-nya biar nggak ngampang demam panggung, belajar musik, belajar menjadi bagian dari sebuah tim, belajar matematika saat berjualan plus belajar untuk melatih mental berdagang......Alhamdulillah.

Monday, June 15, 2009

Nadia & Her Hobbies

Nadia membaca buku "duo stories"-nya dalam hening, sementara aku menyiapkan mie Tom Yam instant buat makan malam dan bapaknya masih serius menekuri komputer-nya. Sebenarnya suasana tidak sehening itu karena nyala TV masih menemani kesibukan kami...maklum acara Master Chef masih menjadi favorite kami berdua [aku dan Nadia]. Jadi disetiap jeda iklan aku melanjutkan proses memasak-ku....lari-lari antara dapur dan kamar yang memang kubiarkan tertutup rapat karena bau masakan yang aku pastikan bakal semerbak menyerbu seluruh ruangan. Kalau bau roti sih enak...harum. Nah ini bau udang teman makan Tom Yam pasti-lah bikin semua ruangan terasa amis nantinya. Nadia-lah yang menjadi sirine kalau acara sudah mulai lagi......"Mom...it's back"....enaknya punya anak yang punya hobby sama....:-D.

Hobby Membaca-nya

Sudah sebulan ini Nadia mulai membaca buku yang lebih banyak tulisan daripada gambarnya. Proses perkembangan membacanya semakin meningkat kukira. Kalau dulu dia suka membaca sambil mengucapkan kini dia mulai hanya menekuri jejereran huruf-huruf dalam diam...dan hanya matanya yang bergerak lincah menandakan bahwa dia sedang asyik membaca. Kalau dulu buku-buku yang dipinjam-nya masih berkisah tentang anak-anak dengan beraneka gambar kini dia mulia mengemari buku-buku yang berkisah tentang petualangan anak-anak usia antara 8 -12 tahun.....seperti "The Saddle Club-Kisah Club Berkuda"......

Peran guru sebagai motivator sangat mempengaruhi keseriusan Nadia menyelesaikan buku-buku yang menjadi kewajiban dia untuk dibaca di rumah. Tanpa harus dipaksa maka setiap malam dia akan menyiapkan folder Reading Book-nya, membaca dengan keras kalau ada aku di sampingnya dan meminta tanda tanganku sebagai bukti accomplishment-nya....:-D. Dan dia akan dengan bangga memperlihatkan stiker dan tulisan Mr Mallee yang memyemangati dia untuk terus rajin membaca.......

Tanpa terasa hampir 2 tahun budaya membaca Nadia terbentuk di sini. Hanya dalam hitungan bulan saja gairah membacanya begitu meningkat. Padahal ketika kami hendak berangkat ke OZ aku sedikit kuatir karena dia sama sekali tidak berselera untuk belajar bahasa Inggris. Untungnya beberapa teman yang sudah senior dalam dunia pendidikan memberikan ketenangan dengan mengatakan "tenang aja bu, anak itu otaknya masih seperti spon yang mampu menyerap segala sesuatu dengan cepat". Dan benar aja aku yang dulunya mengajari dia sekarang harus berbalik diajari dia terutama tentang bagaimana mem-pronunciation-kan sebuah kata dengan benar.....malah kadang aku jadi sering diketawain dia kalau salah.....:D maklum nduk ini lidah sudah jawa medok.

Kegemaran itu pada awalnya memang terasa dipaksa. Bagaimana tidak, setiap hari Nadia harus membawa satu buku berdasarkan tingkat membacanya [ini yang menentukan guru-nya]. Dari buku yang simple kata2-nya sampai akhirnya menjadi buku setengah cerpen yang mulai kompleks bahasa-nya. Tentu saja dibalik paksaan tersebut ada reward yang membuat anak seperti berlomba-lomba untuk mampu menyelesaikan bacaannya......

Perpustakaan sekolah dan perpustakaan wilayah-pun menjadi alat penyaluran hobby Nadia yang satu ini. Agar tertib maka jadwal peminjaman di perpustakaan sekolah masing-masing kelas ditentukan....untuk kelas Nadia adalah setiap hari Jum'at....jadi setiap hari Jum'at dia akan mendapatkan tambahan pinjaman buku.

Sedangkan kami sendiri juga membuat jadwal berkunjung ke perpustakaan wilayah yaitu pada hari minggu dimana Subrub Library kami buka mulai pukul 2 siang sampai 5 sore. Nah kalau di sini Nadia nggak cuma kalap pinjam buku tapi juga kalap pinjam VCD......yang enaknya nggak dibatasi jumlah pinjamannya.

Dapat sarana seperti ini tentu saja sayang kalau dilewatkan. Menginggat ketika kami nanti harus balik ke kota kami yang namanya perpustakaan mungkin masih belum jadi kebutuhan pokok yang perlu dipertimbangkan keberadaannya....padahal "buku adalah jendela dunia". Dengan-nya manusia akan mampu menularkan informasi dan pengetahuan. Sampai kadang begitu kuatnya keyakinan itu hingga aku sering terobsesi untuk mempersuasi orang lain agar membuat anak-anak-nya mencintai buku. Hingga kubermimpi jika penyediaan sarana untuk membuat orang tercerahkan pikirannya seperti buku, jaringan internet bisa menjadi primadona pembangunan mungkin bangsa kita bisa menjadi bangsa yang tak terbelakang lagi.

Hobby Nonton-nya

Beralih dari buku, Nadia juga punya hobby lain yaitu nonton film. Untuk acara TV atau VCD dia kelihatannya sudah nggak hobby lagi melihat film-film kartu produksi WB....kalau dulu aku sampai bosan banget menemani dia nonton VCD "Harry Potter" atau "The Fairies" atau "Bratz" tapi kini hobby-nya mulai bergeser melihat serial TV seperti "The Saddle Club", "M.I. High-Kisah TV ttg detektif remaja"....

Kisah-kisah dalam setiap film-film itu sering mempengaruhi daya imajinasi Nadia saat bermain.....kalau dulu karena terpengaruh film "HP", "The Fairies" maka dia sering banget minta dibelikan pernak-pernik yang berhubungan dengan dunia para peri seperti "pakaian balet", "sayap kupu-kupu", "tongkat ajaib"....ampun deh semuanya serba pink!!!

Kini dengan perubahan haluan tontonan-nya....maka pernak-pernik yang dia inginkan-pun berubah, kuda......kuda.....kuda.....kuda......sampai dia searching lagu-lagu Saddle Club di YouTube, nyari sendiri data Club Berkuda yang dia ingin ikuti dari soal biaya, lokasi[ sampai info detailnya [untuk yang ini nggak terturuti ya nak....], kalau lihat boneka kuda rasanya kalap pingin beli aja....kasihan sih....cuma entar aja deh di Indo soalnya barang yang mau diangkut ke Indo sudah audzubillah banyaknya....dan yang lebih ajaib lagi setiap hari dia menjadikan kursi satu-satunya di unit kami menjadi kuda tunggangan dia, di kasih bantalah buat saddle-nya, kain sprei-pun harus direlakan untuk menjadi penutup saddle-nya, jump-rope-nya diagunakan untuk menjadi tali kekang dan selalu diikat dimanapun [sebelnya kadang bikin kesandung orang yang jalan dan kadang harus rajin membuka ikatnya kalau kita mau pakai kursinya]....puih....belum lagi dia bikin acara lompat kuda setiap harinya....jadi pulang sekolah dia sudah bikin arena berkuda sendiri dengan membuat halang rintang di-mana-mana....berhubung nggak ada kuda beneranya jadi dia lari sambil lompat-lompat sendiri.....bagus kali ya buat olah raga sore.......benar-benar nggak ada capeknya. Untung unit kami termasuk luas....jadi bebas deh dia lari dari satu ruangan ke ruangan yang lain.....:-D

Nah acara pretender lainnya terpengaruh sama film M.I. High....ini kisah detektif remaja yang berusaha menyelamatkan dunia dengan teknologi yang kayaknya kalau pas jaman kecil-ku setara dengan "Mission Impossible"......Nah kalau keinginan ini yang sedang kambuh maka lemari pakaian bakal jadi sasaran.....dia akan mencari semua jaket bapak atau ibunya yang berwarna hitam....biar kedodoran yang penting hitam. Ditambah dengan kaos panjang hitam dan celana hitamnya dia akan beraksi dengan segala "gadget" yang dia buat sendiri.......dari telepon gengam yang udah rusak, kertas-kertas berisi nama-nama sandi, pensil yang digunakan sebagai pemancar....dan entah apalagi yang bergatungan di tali pinggang kamar mandi-nya. Kadang aku sampai ketawa sendiri melihat kesibukannya.......dan anehnya dia enjoy banget dengan imajinasinya.

Dari setiap imajinasinya aku melihat dia selalu memilih menjadi tokoh yang baik....meniru tindakan tokoh idolanya yang mencintai kudanya dan selalu menjaga persahabatan seperti dalam film TSC atau menjadi tokoh pembela kebenaran dalam film M.I. High. Dia juga selalu bilang "Why is she/he so mean, mom?" kalau melihat perbuatan pemain antagonis-nya. Paling tidak dia sudah belajar untuk membedakan mana tindakan yang baik dan mana yang tidak.........

Walau masih sering juga timbul rasa was-was akibat efek negatif dari film yang ditontonnya....tapi sampai saat ini kami belum memutuskan untuk menstop secara total hobbynya yang satu ini. Karena sampai saat ini aku masih melihat dia masih mampu membedakan tontonan yang boleh dia tonton atau tidak berdasarkan label-label standar yang ditentukan oleh pemerintah OZ. Seperti di bawah ini :

TV Classification System for Australia

Exempt From Classification
The “E” rating indicates material that is exempt from classification.
For General Exhibition
The G rating indicates material that is suitable for all ages. Violence must “have a low threat and be justified by context”, sexual activity, nudity and drug use may only be “very discreetly implied”, and coarse language must be “very mild and infrequent”.
Parental Guidance Recommended For Young Viewers
The PG rating recommends parental guidance for young viewers. It is more relaxed in all categories. Violence should be mild and infrequent, and drug use and nudity should be justified by context. Coarse language must be mild and justified by context. This category allows the use of words such as "shit" and "bitch".
Recommended For Mature Audiences
The M rating is recommended for mature but relatively young audiences. Language is moderate in impact, allowing the use of words such as 'fuck,' but "aggressive or strong coarse language" should be infrequent, and sex may be moderately implied. Sexual violence must be limited. Drug use can be depicted in context. This is the highest unrestricted rating.
Suitable For Mature Audiences Only
The MA15+ rating is restricted to those 15 and over meaning those under 15 cannot legally view the film without being accompanied by a parent or legal guardian. It may contain strong bloody violence if justified by context, strong implication of sexual activity, and strong impact coarse language (though “very coarse language” should be infrequent), and “strong themes”.

Resouce : wikipedia

Thursday, June 4, 2009

Mencoba Memaknai Bekerja adalah Ibadah

Aku merenung sesaat mencoba mengevalusai makna hidup bagiku sampai saat ini. Dan aku tiba-tiba teringat salah satu artikel yang membuat kesan di hatiku. Kucari-cari di file yang masih tersimpan. Alhamdulillah ternyata masih ada.....dan aku ingin mempostingkan artikel ini sebagai penginggat dan penambah motivasi-ku dalam mencari keridoan-Mu


Mencari Tuhan Di Penggorengan Pisang Raja
by Cahyo Pramono (Pengamat & Praktisi Manajemen)

Sore hari terasa lezat jika disisipi beberapa potong pisang goreng dan teh manis hangat. Setelah lelah berdiri beberapa jam menyampaikan materi pelatihan, laju mobil saya bergerak ke warung gorengan yang tidak jauh dari komplek perhotelan mentereng di negeri ini. Kaca mata bisnis saya selalu saja senang memperhatikan geliat orang-orang yang berani menolong diri sendiri dan keluarganya melalui usaha halal dalam bentuk apa pun.

Melihat warung ini, saya mencoba mengkalkulasikan kira-kira berapa besar nilai bisnisnya. Bagaimana pengelolaannya, bagaimana pemasarannya, teknik jual si pelayan dan berbagai hal-hal teoritis lainnya. Seorang paruh baya menyodorkan sepiring pisang goreng ke hadapan saya sambil tersenyum ramah dan berbasa-basi mempersilakan mencicipinya sekaligus menanyakan minuman apa yang saya minati. Pemilik wajah yang begitu teduh dan damai itu bernama Sudiro yang akhirnya saya tahu bahwa panggilan akrabnya Wak Diro. Menikmati pisang goreng terasa lebih hangat dengan obrolan ringan bersama Wak Diro.

Dalam guyonan yang mengalir saya tahu ternyata Wak Diro adalah perantau asal Kudus yang sudah 16 tahun menjual gorengan pisang. Dalam satu hari dia bisa menghabiskan satu tandan besar dan hasil penjualannya bisa menyekolahkan keempat anaknya hingga menjadi sarjana. Wak Diro rupanya jebolan fakultas teknik universitas negeri tertua di Yogyakarta, walau ia hanya bisa sampai semester lima.

Kenapa tidak bisnis yang lain Wak? Atau menjadi Pegawai Negeri? Tanya saya menyelidik. Belum sempat menjawab pertanyaan saya, ia menganggukkan badan tanda permisi kepada saya karena datang satu mobil Kijang Inova baru yang mendekat. Ternyata mobil itu dikemudikan oleh istrinya yang mengantarkan sesuatu. Fikiran saya berputar tak tentu. Tanpa sadar saya sedang menakar kantong orang tua ini. "Seorang penjual pisang goreng mampu menguliahkan keempat anaknya hingga sarjana dan kini di depan mata saya, si isteri datang dengan mobil baru yang tidak murah harganya".

Sekali lagi saya jarah lagi semua sudut warung kecil itu. Penataan dagangan lumayan menarik, tetapi tidak istimewa. Kualitas produknya berupa gorengan juga terasa sama seperti pisang goreng di tempat lain. Atmosfir warung juga sama seperti warung-warung lain, walau yang ini terlihat lebih bersih dan terjaga. Sarana promosi sangat sederhana, hanya tulisan Pisang Goreng Panas yang ditulis tangan dengan kuas biasa. Daftar harga tercetak di selembar kertas terlaminasi yang ditempel di dinding sebelah kiri. Ada dua orang pegawai yang membantu menggoreng, membuat minuman dan melayani pelanggan sekaligus. Tetapi jumlah pembelinya silih berganti, tidak sederas air pancuran, tetapi datang satu-satu seperti tiada henti. Tak lama kemudian istri Wak Diro pergi. Kata Wak Diro, isterinya harus mengantar beberapa kertas tisu ke lima cabangnya yang lain. Dan informasi itu membuat saya memilih untuk bertahan lebih lama demi mengetahui apa rahasia sukses bisnis ini.

Setelah melewati beberapa basa-basi, lalu ia bertanya kepada saya: "Mas, sampean apa percaya sama Gusti Allah?". Sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab, karena saya tidak bisa memperkirakan kemana arah pemikirannya. Lalu tanpa menunggu jawaban saya, Wak Diro menjelaskan dalam delapan tahun terakhir dia tidak lagi mencari uang semata, tapi mencari Tuhan. "Uang bagi saya hanyalah sekadar bonus atas pencarian dan pengabdian saya ke Gusti Allah." Seperti pengakuan kebanyakan manusia, dia meyakini hanya Tuhan yang sanggup mengarahkan dirinya kepada kondisi apa pun. "Mas, saya bukan jualan pisang goreng lho," aku Wak Diro, "Saya ini sedang membantu orang-orang agar bisa beribadah dengan baik".

Wow.. fikir saya, apakah penjual pisang goreng ini masih waras? "Saya ini senang membantu banyak orang dengan mengganjal perutnya agar ibadah shalat Ashar dan Maghribnya berjalan dengan baik, karena jam makan malam biasanya setelah Isya," terang Wak Diro. Saya mulai memahami apa maksud kalimat Wak Diro sebelumnya. "Uang bagi saya, hanyalah sekadar bonus atas pencarian dan pengabdian saya ke Gusti Allah". Kini saya faham, mengapa dia begitu ramah menyambut tamu-tamunya, kualitas gorengan tetap terjaga baik ukuran maupun takarannya dan ruangan kedai ini tetap terjaga kebersihannya. Jelas bukan karena sekadar mencari uang, tetapi Wak Diro sedang beribadah. Mencari keridhaan Tuhan. Seperti dijanjikan Allah ketika kita bersyukur, maka nikmat itu terus bertambah dan mengalir lancar.

Saya benar-benar terbayang betapa saya dan banyak sahabat saya yang kerja mati-matian siang-malam hanya sekadar mencari uang. Bayangan itu begitu asam terasa setelah mendengar pengakuan Wak Diro itu. Betapa Wak Diro sudah menemukan kunci dasar sukses bisnis. Dia tidak sekadar menjual jajanan, dia muncul dengan alasan yang lebih mulia. Pisang goreng hanya media mendapatkan ridha Sang Khalik. Semua bentuk kerja dan bisnis dikerjakannya dengan menghadirkan batin, tulus dan ikhlas.

"Bagian saya adalah mempermudah ibadah orang lain, bagian Gusti Allah menjaga saya mas, saya hanya pasrah dan memohon agar selalu dituntun Gusti Allah," aku Wak Diro.

"Apa pun langkah saya, saya percaya Gusti Allah akan menyelamatkan saya. Jika saya dibawa ke kubangan kebo sekali pun, saya tetap percaya kalau itu adalah kehendak Gusti Allah dengan maksud tertentu agar saya mendapatkan hikmah atas perjalanan itu".

Menyelesaikan pisang terakhir, saya bertanya, "Wak, apakah sampean tidak khawatir dengan kenaikan BBM?"

Dengan ringan Wak Diro menjawab, "Lha wong, saya sudah serahkan hidup saya ke Gusti Allah, kok mesti khawatir?"

Sambil mengulurkan uang kembalian ke saya, dia berujar: "Saya kan cuma kawulo, apakah pantes kalau saya ikut campur tangan ngatur kerjaan Kanjeng Gusti?"

Catatan Kaki :

Membaca artikel ini dengan bait-bait kalimat yang menusuk ulu hatiku.

"Uang bagi saya hanyalah sekadar bonus atas pencarian dan pengabdian saya ke Gusti Allah."
"Mas, saya bukan jualan pisang goreng lho. Saya ini sedang membantu orang-orang agar bisa beribadah dengan baik. Saya ini senang membantu banyak orang dengan mengganjal perutnya agar ibadah shalat Ashar dan Maghribnya berjalan dengan baik, karena jam makan malam biasanya setelah Isya,"

"Bagian saya adalah mempermudah ibadah orang lain, bagian Gusti Allah menjaga saya mas, saya hanya pasrah dan memohon agar selalu dituntun Gusti Allah,"

membuat-ku makin tercenung dan tak terasa air mata haru meleleh. Perlahan-lahan lintasan berbagai peristiwa muncul...

Dari setiap jenis pekerjaan yang kulakukan selama ini jujur dari hati nurani-ku orientasi utama adalah untuk mendapatkan penghasilan mencukupi kebutuhan keluarga. Walaupun selalu kutanamkan dalam diriku bahwa Bekerja adalah Ibadah, namun masih terasa ada ke-egoan-ku yang tumbuh saat memaknainya. Mencoba bertanya dalam diri....Benarkah hasil kerja yang kulakukan tidak hanya berorientasi untuk memakmurkan diriku sendiri & memakmurkan keluargaku dengan rezeki yang halal? Benarkah zakat yang kukeluar-kan dari setiap penghasilan-ku bukan hanya kumaknai menuntaskan kewajiban-ku terhadap orang lain?

Tertatih-tatih lagi kucoba menyadarkan diriku untuk memperbaiki niat dalam setiap perbuatan-ku. Lebih Memaknai "Bekerja adalah Ibadah...Not only hablum minallah tapi juga hablum minannas".


Bantu aku ya Allah untuk lebih memaknai hidupku
Selalu sadarkan aku ya Allah akan amalan-amalan sederhana namun berkenan di hati-Mu
Yang dapat menjadi penolong-ku di saat aku menghadap-Mu