Tuesday, November 27, 2012

Hello Kitty & Naila Belajar Menjahit

            Selagi beres-beres tumpukan baju yang perlu disetrika, tiba-tiba aku jadi teringat akan salah satu  kancing baju yang sudah seminggu ini belum juga sempat untuk dijahit kembali. Ah tapi jadwal mengajar Naila kecilku sudah harus dimulai pagi ini.  Ok, supaya antara keinginan kuat buat segera menyelesaikan urusan kecil ini plus menemani Naila belajar  bisa berjalan dua-duanya, maka  timbul ide untuk membuatkan Naila permainan yang berhubungan dengan ketrampilan jahit menjahit ini. 


Jadi sempetin sejenak ubek-ubek lemari buku buat cari inspirasi, karena saat itu jadi teringat buku “ The Helpful Shoelace”. Dan karena Naila akhir-akhir ini lagi demen sama karakter kartun jadul Hello Kitty, maka hari ini aku jadi pingin bikin wajah Hello Kittynya jadi bahan untuk dijahit jelujur. Dan proses-pun berlangsung.....buka laptop, cari wajah Hello Kitty, trus print, dan tempelin di karton bekas. Langkah selanjutnya buat lubang-lubang di sekitar wajah Hello Kittynya pakai pelubang kertas tunggal. Trus lanjut acara melucuti tali dari tas plastic nadia yang sudah tidak terpakai lagi (sengaja disimpan buat di lucuti satu-satu materialnya ….hehehe). Dan mulailah kami membuka  acara menjahit bersama.

Reaksi Naila begitu melihat Kepala Hello Kitty.... wah bukan main kelihatan senangnya. Trus mulai deh memasukan tali dari satu lubang ke lubang lain. Lucu banget lihat ekspresinya yang serius. Memasukkan tali ke satu lubang kecil kemudian menarik talinya keluar dari lubang lainnya sampai kadang tangannya ketarik ke belakang ….hehehe. Dan sebagai hasil akhirnya…..eng ing eng….. jahitan yang simpang siur ….hehehe…..Keren deh Naila. Dan begitu lubang terakhir sudah diselesaikan maka dari mulut mungilnya keluar suara yang penuh semangat berucap “lagi…..lagi….lagi….”.



Dan ketika kemudian aku sodorkan buku “The Helpful Shoelace”, dia-pun kelihatan masih antusias untuk memasukkan lagi tali-temalinya ke dalam lubang-lubang yang tersedia di setiap lembar bukunya. Ada yang akhirnya membentuk tali busur, tali harpa, ikat rambut, sapu lidi , dan yang terakhir dia bentuk adalah bintang …….Wah senengnya dia begitu selesai bikin jalinan tali yang membentuk bintang…..hehehe. Semoga semangatnya bereksplorasi hari ini bisa makin melatih perkembangan otot-otot kecilnya.

Usbone # 3 -- Permainan Deskriptif

Permainan yang menuntut anak-anak untuk menguraikan benda mendorong mereka unuk mencari kata-kata dan membantu mereka berbicara dan berpikir dengan lebih jelas.

~ Kotak Raba

Taruh objek-objek rumah tangga dalam suatu box yang telah dilubangi sampingnya. Kemudian putri anda memasukkan kedua tangannya ke dalam kotak dan mencoba menjelaskan apa yang dirabanya sebelum menebak benda apa itu.

Versi lain dimainkan dengan tiga orang. Satu orang menaruh objek ke dalam kotak, yang kedua merabanya dan mencoba menguraikan/menjelaskannya, yang ketiga menebak benda apa itu.

~ Pemberian Gambar

Secara bergiliran mengatakan sesuatu mengenai suatu gambar dalam sebuah buku atau majalah, dengan mula-mula mengulangi semua pernyataan yang telah dilakukan sebelumnya. 

Permainan ini baik untuk daya ingat dan mengembangkan daya pengamatan maupun bahasa. Anda dapat menyesuaikan dalam banyak cara misalnya : "Pada pulau ajaibku akan akan mempunyai....."

~ Hubungan

Permainan sederhana yang meminta anak untuk memberikan hubungan antara dua objek, atau seperangkat objek. Gunakan objek nyata sekitar rumah atau kebun, atau lukis gambar sederhana pada potongan-potongan kecil kartu. Biarkan juga anak-anak mengumpulkan pasangan-pasangan objek mereka sendiri, dan menjelaskan mengapa mereka mengumpulkan yang itu.

Saturday, November 10, 2012

Self Improvement is a never ending journey

“hehehe………………”, suami dan anak gadisku tidak hentinya tertawa geli mendengar tuturan ceritaku yang berbau sedikit protes. “Lah yo gimana toh pa, wong hp kok dipakai nelpon ndak bisa. Kata bapak khan nih hp Touch Screen jadi ya tak pikir dipencet di gambar telepon yang warnanya hijau sudah bisa. Lah kok ini dipencet berkali-kali tetap aja ndak bisa. Sampai orang itu berkali-kali call ndak ku angkat karena emang sama sekali aku ndak ngerti kalau ternyata jari kita geraknya harus ngeser dan bukan mencet.”

“Wah mama…..gini loh ma caranya. Dan dengan jari-jari lentiknya yang lincah,  Nadia (sulungku) mulai memainkan layar hp baruku. Dan dengan gaya tutur khasnya yang mirip seorang guru, dia mulai menerangkan  gimana harusnya aku menerima telepon plus cara menelepon di hp baru yang baru sehari sebelumnya dibelikan suami tercinta. Dan sambil mesem-mesem setengah sebel aku berhasil juga menghubungi no tadi yang ternyata adalah nomor kakakku.

Yah…..ketidaksukaanku pada dunia tekhnologi memang sudah dikenal suami dan anakku sejak dulu. Bahkan kegemaranku untuk memotret dan utak-atik scrapbooking-pun belum bisa mengalahkan keengananku untuk belajar lebih mendalam tentang tehnology gadget2 terbaru yang mungkin saja bisa melejitkan potensiku di situ.

Ingat gaptekku jadi ingat bapakku…….3 tahun yang lalu bapak membeli sebuah laptop guna menunjang kegiatan beliau setelah pensiun. Karena ternyata walau sudah memasuki masa purna bakti, bapak masih saja ingin aktif dan berguna buat masyarakat. Dan begitu selesai purna bakti sebagai PNS, bapak malah diberi kepercayaan untuk menjadi pengawas di sebuah lembaga pendidikan sebuah partai besar di Jawa Timur.  Dan begitulah dari hari ke hari, bapak memang terlihat sibuk di depan laptopnya mengerjakan pekerjaan sebagai pengawas keuangan itu. Tetapi ya begitu, setiap aku pulang ke Surabaya, bapak selalu saja bertanya apakah bisa membantunya untuk lebih mengoptimalkan penggunaan spreadssheet  excel yang dipakainya. Dan ketika di suatu saat aku berkesempatan untuk melihat pekerjaan bapak, ternyata kondisinya beliau sih memang sudah menggunakan speadsheet excel tetapi masih dalam tingkat sekedar memasukkan data dan mengolahnya dengan menu-menu excel yang sederhana saja dan belum sampai tingkatan mengoptimalkan menu-menu shortcut di dalamnya. Padahal adikkku yang jago di bidang itu katanya sudah berulang kali mengajari bapak. Tetapi dia selalu mengeluh “takon maneh….takon maneh”….hehehe. Jadi entah karena usia ataukah passion yang berbeda maka bapak tetap dianggap masih gaptek oleh anak-anaknya……maaf ya pak....hehehe.

Dan sejarah berulang lagi kini……..aku yang dianggap lebih mampu menggunakan gadget2 di jamanku ternyata masih kalah terampil dengan anak gadisku yang baru menginjak usia SD. Ups bayangan tehnologi masa depan langsung bersliweran di benakku. Kalau saat ini aku masih  berhadapan dengan tehnologi layar sentuh yang masih mengunakan media keras. Di jamannya nanti mungkin tehnologi holo akan merambah kehidupannya. Touch Air (ini istilahku sendiri….hehehe soalnya nggak ngerti istilah yang dipakai umum) akan mengantikan Touch Screen. Jadi kebayang film-film futuristic. Dan apakah aku masih bisa mengikuti ataukah harus tergagap-gagap juga seperti bapak-ku ketika beralih dari jaman Lotus ke Excel…..Entahlah. Semuanya kembali kepada diriku sendiri.

Aku berharap aku masih bisa mengejar ketertinggalanku dengan mulai sedikit-sedikit melirik tehnologi. Mengutak-atiknya kembali. Apalagi kini aku bergabung dalam sebuah komunitas “Never Ending Learning” – Institut Ibu Profesional. Tidak ada lagi kata mundur untuk mengejar ketertinggalan. Dunia tehnologi sudah harus menjadi salah satu bagian nafas kehidupanku.
Bagaimana tidak harus bersentuhan dengan dunia tehnologi....karena padatnya jadwal kegiatan yang perlu didokumentasikan maka kalau dulu kamera dan handycampku lebih banyak mengantung hampir jamuran, kini hampir setiap minggu aku harus memburu objek-objek dalam kegiatan-kegiatan yang komunitas kami lakukan. Dan karena  ingin menelorkan hasil terbaik maka untuk mengasah kemampuan fotografiku, aku jadi lebih fokus belajar subject ini dari siapapun. Dari mulai menghilangkan rasa malu untuk bertanya pada orang-orang yang lebih mumpuni, mulai sedikit-sedikit mempelajari hasil foto dari para fotografer yang kuanggap yahut hasilnya, kemudian mencoba bergabung dengan komunitas fotografer di dunia maya untuk mendapat tips dan tricknya.

Tidak hanya berhenti di situ. Lalu karena keinginan yang kuat untuk mempresentasikan hasil foto agar bisa bercerita maka aku mulai bersentuhan dengan Digital Editing dengan mulai kembali belajar dunia photoshop. Bahkan sejak kami harus mulai berurusan dengan dunia pecetakan saat komunitas kami mulai mencoba membuat buletin, maka Photoshop bukan lagi menjadi satu-satunya alat untuk mengekspresikan kecintaanku pada dunia seni scrapbooking tetapi aku mulai memaksa diriku bersentuhan dengan program CorelDraw yang ternyata lebih banyak dipakai di dunia cetak-mencetak…………..Ups!!!. benar-benar NEVER ENDING JOURNEY

Dan sebagai hasil memaksakan diri untuk mau bersentuhan dengan dunia tehnologi maka kini kini aku mulai sedikit merasa tak terlalu jauh-jauh banget tertinggal dengan anak gadisku, (itu mungkin cuma perasaanku karena kenyataan  sebenarnya untuk kecepatan menguasai sebuah program baru aku tetap jauh tertinggal darinya……hehehe).

Terbukti, dalam urusan edit-mengedit ilustrasi untuk  tulisan-tulisannya sampai saat ini ternyata masih bisa memuaskan kemauannya, karena kelihatan dia senang sekali kalau aku membuat ilustrasi tulisannya dari gambar-gambar lucu atau foto-foto  dirinya. Lalu saat dia berkegiatan baik di sekolah ataupun di luar sekolah,  dia juga masih suka memintaku untuk memotretnya, dan dia tampak percaya bahwa ibunya akan memberikan hasil foto terbaiknya walau tak sehebat fotografer profesional.

Dan kalau kemarin-kemarin ingin rasanya kembali ke hp jadulku yang nyaman dipencet-pencet tutsnya…..kini aku berfikir untuk memaksimalkan potensi gadget2 ku, mengexplorasi kemampuan mereka untuk menunjang jiwa petualanganku. Apalagi setelah aku mendengar hasil rekaman-rekaman lagu-lagu anak-anak yang kunyanyikan untuk Naila-my toodler. Ini terinspirasi “Pelangi Nada” di Rumah Inspirasinya Bu Lala dan Pak Aar. Wuik jadi tambah narcis deh……hehehe…..berasa punya suara merdu mendayu, dan berharap anakku dan aku sendiri bisa menyimpan kenangan suara-suara kami untuk nostalgia indah dan pembelajaran kami akan kehidupan yang lebih berwarna.

Jadi kini kalau dilontarkan sebuah pertanyaan : “siapkan anda untuk mengerakkan kemauan dan kemampuan diri untuk memenuhi tantangan “Self Improvement is a never ending journey” untuk memcapai kehidupan yang lebih baik?

Dengan yakin aku akan menjawab ……….mengapa tidak !!!