Friday, November 22, 2013

Ketapuk "Mie Tapuk"




      Nadia sudah memulai kehidupan sebagai remaja di sebuah institusi yang sama sekali berbeda dengan sebelumnya. Kalau dulu di SDIT dia memiliki lingkungan yang cukup kondusif untuk tumbuh memahami aturan-aturan dalam agamanya. Maka kini kami memilih untuk mencemplung-kan dia di kawah Candradimuka. Dimana dia akan bertemu dengan lebih banyak tantangan-tanganan baru dalam kehidupan bermasyarakatnya.  Dan mempraktekkan apa yang selama ini diyakininya.
     Dan seperti yang sudah kuduga, berbagai pertanyaan mulai bermunculan. Gegar Budaya tentu saja ada. Namun alhamdulillah dia tidak pernah segan bertanya dan bercerita mengenai apa yang dialaminya di sekolah barunya. Dan biasanya kami selalu minta pendapat dia mengenai “Kejadian” yang dia ceritakan. Dan alhamdulillah dari cerita dan pendapat-pendapat-nya kami jadi paling tidak memahami apa yang dia rasakan dan kemampuan dia untuk memahami sebuah tantangan dan menyelesaikannya. Bismillah semoga komunikasi kita bisa tetap saling terjaga ya nduk walau dirimu setiap hari semakin beranjak dewasa dan mulai memiliki duniamu sendiri dan mungkin makin tidak membutuhkan mama.
     Dan dari cerita-cerita serunya, tahu kalau malam ini mamanya lagi belum masak, Nadia tiba-tiba mencetuskan ide untuk mentraktir kita di tempat dia kadang-kadang makan siang bersama teman-temannya sambil menunggu jadwal extrakurikuler pramukanya……Walah SMP aja kok ya sudah punya tempat kongkow toh nduk….:). Jadilah malam itu kita ditraktir “Mie Tapuk” untuk pertama kalinya. Begitu masuk ke TKP walah hidungku rasanya sudah ketapuk sama Rasa Pedas. Padahal benar nggak ada baunya tapi nih hidung maunya bersin terus-terusan…..hehehe. Dan emang benar sesuai dengan rekomendasi-nya. Mie Goreng yang level-1 dan Nasi Goreng level 2 benar-benar bikin lidah menari-nari liar kepedasan…..hahaha. Tapi rekomendasi dia untuk pesan es the Jumbo benar-benar menyelamatkan. Sedangkan Naila kecil cukup asyik dengan sepiring Nasi Putih dan Kornet plus telur. Bahkan Menu Makanan Adiknya itu malah mencetuskan ide-nya untuk menjadi menu alternative makan siangnya. Murah Meriah dan Kenyang…..:).
      Sebenarnya ada sedikit rasa jengah saja setiap Nadia berkeinginan mentraktir kita. Dan sebagai orang tua, aku selalu saja berkeinginan untuk apa ya istilahnya mbayarin aja deh, soalnya kasihan juga dia, baru juga belajar ngumpulin uang dari jualan kecil-kecilan, trus dia juga hanya mendapat uang saku bulanan yang tidak terlalu besar kalau dibandingkan dengan teman-temannya (kutahu dari cerita-ceritanya yang heboh tentang teman-temannya). Tapi anak ini memang kelihatannya cukup mampu mengatur keuangannya.. Dan  bapaknya yang selalu yakin pada anaknya selalu mencegah dengan alasan. “Biarkan saja ma, dia akan tumbuh dengan kebiasaan berbagi. Dan lihat betapa percaya dirinya dia kala dia membayar ke kasir-pasti dia bahagia bisa mentraktir kita  kedua orang tuanya.”

Terima Kasih Gadis-ku karena hari ini sudah ditapuk sampai klenger dengan “Mie Tapuk” adalanmu dan yang terpenting kau mau memperkenalkan kami kepada dunia-mu….:) 

You’re Growing Up !!!