Tuesday, March 26, 2019

Mari Upayakan Kebaikan Meski Diawali dengan Memaksaan Diri

Dalam Kitab Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali mengatakan bahwa,
“Siapa saja yang di dalam pangkal fitrahnya belum didapati sifat baik, maka hendaklah ia memaksakan diri berbuat baik; barang siapa yang tidak diciptakan memiliki sifat tawadhu, hendaklah ia berusaha keras bersifat tawadhu sampai terbiasa."

Dalam dunia sepakbola pembiasaan ini dikenal dengan latihan, yang tidak boleh seorang pemain pun tidak mengikuti sesi latihan ini. Siapa yang tidak latihan, kemungkinan besar akan mendapatkan sanksi dari pelatih. Sebab, latihan akan sangat menentukan jalannya pertandingan bahkan perolehan kemenangan.

Jika, mereka yang hanya tergerak melakukan sesuatu hanya demi profesi dan materi begitu gigih berlatih dan membiasakan diri dengan segala macam aturan dan kedisiplinan, mengapa, kita yang sebagai Muslim tidak benar-benar giat dalam berlatih, membiasakan diri mengamalkan syariah Allah dengan penuh kedisiplinan?

Bangun di tengah malam misalnya, jelas ini bukan perkara yang asyik bagi yang belum terbiasa, tetapi siapa yang mampu membiasakan diri bangun malam, niscaya momentum tengah malam itu akan sangat menyenangkan. Sebab, ada manfaat langsung yang dirasakan ketika melakukan amalan sunnah Nabi yang utama itu.

Seperti orang yang baru belajar mengemudikan mobil. Ketika ia baru belajar, seluruh pikirannya seolah berada dalam tekanan. Tangan, kaki bahkan leher nampak seperti sangat kaku. Menginjak pedal gas pun ragu-ragu, apalagi ketika harus menginjak dan melepas pedal kopling. Tetapi, seiring dengan kerasnya latihan, akhirnya mengemudikan mobil sama sekali bukan beban.

Lebih jauh dari masa tabi’in adalah masa sahabat Rasulullah. Para sahabat Nabi itu memiliki kebiasaan yang sangat sederhana tetapi sangat mengagumkan. Kala mempelajari al-Qur’an, para sahabat Nabi ini tidak serta merta membaca dan mengkaji semua ayat. Tetapi mereka mempelajari al-Qur’an sepuluh ayat demi sepuluh ayat. Setelah memahami dan mengamalkannya, barulah mereka menambah pelajaran al-Qur’annya.

Sebagian dari kita mungkin merasa biasa saja tidak membaca al-Qur’an sehari, tidak bangun malam, atau bahkan mungkin tidak bersedekah. Padahal, selamanya kita tidak akan mampu membaca al-Qur’an setiap hari, bangun di tengah malam, apalagi sedekah setiap hari, manakala memang tidak ada niat kuat dalam diri kita sendiri.

Untuk itu, perlu adanya paksaan dalam diri kita sendiri agar mampu melakukan kebiasaan amalan baik. Mungkin, pada awalnya akan sangat berat, tetapi seiring berjalannya waktu, hal itu akan menjadi biasa dan insya Allah kita akan memperoleh manfaat luar biasa, baik dunia maupun akhirat.*

Dicuplik dari :

Rep: Imam Nawawi
Editor: Cholis Akbar

Note :
Mungkin dapat dipahami hikmah dari diwajibkannya sholat lima waktu dalam sehari semalam. Semua itu adalah sarana agar setiap Muslim memiliki kebiasaan baik yang dapat mencegahnya dari berbuat zalim dan tercela.

No comments: