Agustus 2008, tepat 5 Agustus nanti kami akan sudah setahun berada di Australia-Tanah Aborigin. Di masa lalu aku tidak pernah membayangkan akan pernah mengalami kehidupan yang jauh dari tanah kelahiranku. Hanya aku ingat sewaktu aku masih kecil, aku suka sekali membuat cerita dalam bahasa Inggris saat aku di toilet - terinspirasi oleh tontonan di TV (makanya saudara-saudaraku paling hapal kalau aku hobbynya ngedon di toilet untuk cari inspirasi). Walau kemampuan bahasa Inggrisku belum juga maju-maju....tapi mungkin saat itu merupakan step awal pengenalanku dengan bahasa bumi Allah yang lain ini.
Aku masih ingat jelas, awal petualangan kami saat itu. Dengan diantar oleh Bapak-Ibu dan saudara-saudara. Aku dan Nadia mengawali petualangan kami dari Bandara Juanda Surabaya. Menuju Bali adalah tujuan kami berikutnya. Nglesot di Mushola sambil menunggu Dik Tyas, Dik Ferry dan si kecil Rafa menenggok kami yang harus antri menunggu jadwal keberangkatan kami jam 1 malam. Nadia yang saat itu masih berumur 6 tahun tanpak sangat sigap dan selalu siap menolong bundanya. Nggak banyak tuntutan dia lebih banyak menghabiskan waktu di pesawat dengan tidur. keberangkatan kami saat itu sangat dimudahkan oleh Allah. Tinggal Cek In dan pemeriksaan isi tas, ditanya paspor sebentar, lalu dibantu untuk mengurus pembayaran visa. Nggak perlu antri panjang2.
Tujuan berikutnya adalah Perth. Dengan berbekal info dari Mas Nug. Maka aku cukup tenang menjalani pemeriksaan di Imigrasi. Walau kopor dibongkar2. Alhamdulillah nggak ada barang-barang yang di sita. Termasuk Abon yang kubawa untuk oleh-oleh Mas Nug. Aku juga masih ingat waktu itu kami kena pemeriksaan random anti teroris....maklum mungkin karena mereka masih tabu melihat orang berjilbab. Setelah itu kami harus menunggu cukup lama untuk dijemput oleh bus yang akan membawa kami ke bandara lokal menuju Adelaide. Dengan sedikit lari-lari dan terburu-buru kami dibantu petugas bandara untuk segera check in lagi karena waktunya sudah mepet. Dan kami hampir menjadi penumpang terakhir yang masuk pesawat.
Pagi menjelang....dan pertemuan dengan suami akan segera terjadi. Alhamdulillah, karena sistim Penjemputan di Bandara Adelaide berbeda dengan di Indo, begitu kami turun dari pesawat dan meliwati lorong berjendela menuju gedung bandara. Di atas tangga menuju lantai atas gedung sudah menunggu suami tercinta yang malah asyik memotret kami....he...he....
Terpaan hawa dingin winter masih membekas dalam ingatanku ketika kami menunggu taksi di luar bandara. Yah itulah awal dari petualangan kami di bumi Aussie.
Aku masih ingat jelas, awal petualangan kami saat itu. Dengan diantar oleh Bapak-Ibu dan saudara-saudara. Aku dan Nadia mengawali petualangan kami dari Bandara Juanda Surabaya. Menuju Bali adalah tujuan kami berikutnya. Nglesot di Mushola sambil menunggu Dik Tyas, Dik Ferry dan si kecil Rafa menenggok kami yang harus antri menunggu jadwal keberangkatan kami jam 1 malam. Nadia yang saat itu masih berumur 6 tahun tanpak sangat sigap dan selalu siap menolong bundanya. Nggak banyak tuntutan dia lebih banyak menghabiskan waktu di pesawat dengan tidur. keberangkatan kami saat itu sangat dimudahkan oleh Allah. Tinggal Cek In dan pemeriksaan isi tas, ditanya paspor sebentar, lalu dibantu untuk mengurus pembayaran visa. Nggak perlu antri panjang2.
Tujuan berikutnya adalah Perth. Dengan berbekal info dari Mas Nug. Maka aku cukup tenang menjalani pemeriksaan di Imigrasi. Walau kopor dibongkar2. Alhamdulillah nggak ada barang-barang yang di sita. Termasuk Abon yang kubawa untuk oleh-oleh Mas Nug. Aku juga masih ingat waktu itu kami kena pemeriksaan random anti teroris....maklum mungkin karena mereka masih tabu melihat orang berjilbab. Setelah itu kami harus menunggu cukup lama untuk dijemput oleh bus yang akan membawa kami ke bandara lokal menuju Adelaide. Dengan sedikit lari-lari dan terburu-buru kami dibantu petugas bandara untuk segera check in lagi karena waktunya sudah mepet. Dan kami hampir menjadi penumpang terakhir yang masuk pesawat.
Pagi menjelang....dan pertemuan dengan suami akan segera terjadi. Alhamdulillah, karena sistim Penjemputan di Bandara Adelaide berbeda dengan di Indo, begitu kami turun dari pesawat dan meliwati lorong berjendela menuju gedung bandara. Di atas tangga menuju lantai atas gedung sudah menunggu suami tercinta yang malah asyik memotret kami....he...he....
Terpaan hawa dingin winter masih membekas dalam ingatanku ketika kami menunggu taksi di luar bandara. Yah itulah awal dari petualangan kami di bumi Aussie.
No comments:
Post a Comment