Sebuah miscall tercatat dalam hp-ku. Dari suami tercinta. Ehmmmm ada apa ya? Bukan jadi kebiasaan dia untuk menelepon kecuali untuk hal-hal yang mendesak. Istilahnya kalau ada telepon dari mas maka hati harus mulai berdebar-debar karena something urgent came up……hehehe.
Dan
seperti biasa kalau telepon nggak keangkat pasti mas akan mengirim messagenya
ke WA. Nah benar khan…..di WA tertulis. 13 July 2016. “Sudah dapat email dr
ausaid blm? Temanku sdh dpt tapi unsuccessful….moga2 mama successful. Pasti
deg2 an gak berani buka e-mail….Moga2 lolos ya Allah”…[icon tepalak tangan
tertangkup].
Langsung
aja gantian ku call si bapak. Dia Cuma ketawa-tawa mengoda sambil ngomong “Pasti
deg2an ya. Ya udah kalau ndak berani buka tunggu aku saja. Padahal sebenarnya
ya nggak ngaruh juga ma ada aku atau tidak toh hasilnya juga akan sama.” Ya iya
sih…..
Akhirnya
kubuka juga e-mailku dan di situ tertera
Sepulang
mas nug, kami masih menyempatkan diri untuk keluar mengajak ibu makan di The
Prak. Yah nyeneng-nyenengkan hati ibu yang paling senang kalau diajak makan di
luar. Maklum sudah sepuh dan mungkin bosan saja seharian di rumah hanya
tidur-tiduran saja. Oh ya ibu sudah seminggu ini istirahat di Salatiga.
Sepulang
dari makan, dengan kondisi yang sudah siap menerima kabar terburuk akhirnya aku
juga buka e-mail tersebut. Alhmadulilah, hasinya “NOT SUCCESSFUL”
Loh
kok Alhamdulillah….yah walau tetap ada rasa kecewa sih. Tetapi bahkan akal
sehatku pun kali ini mantap mengatakan bahwa aku harus menyakini bahwa ini ada
jalan terbaik yang diberikan oleh Allah. Coba aja bayangkan seandainya aku
diterima dan harus menjalani proses seleksi selanjutnya tanpa ada suami yang
bisa mendampingi. Minimal harus ke Semarang sebagai ibukota provinsi. Trus kalau aku terus lolos dan harus menjalani
program training selama entah berapa bulan sebelum berangkat ke sana…..anak-anak
mau ditaruh bagaimana??? Wong selama ini juga kami sibuk pontang-panting
mengurus mereka ditengah jadwal kerja kami karena kami tidak punya saudara di
sini. Ya Allah terima kasih atas Takdir-Mu.
Kalau
diingat apakah aku tidak berkemaunan keras saat menjalani proses untuk lolos….hehehe.
Nggak juga sih semua proses sudah kujalankan dengan niat kuat juga. Beli buku2
IELTS dan TOEFL ataupun
rajin pinjam buku perpustakaan. Terus mencari-cari tes TOEFL yang akhirnya
malah dapat yang kemahalan karena tes-tes di beberapa
universitas sudah tutup. Belajar dan belajar lagi….hehehe.
Jadi
tertarik untuk menuliskan lagi sebuah artikel yang insyaallah bisa jadi
pengingat diriku dalam menghadapi kondisi ini. Sebagian catatan diambil dari http://www.majeliswalisongo.com/2015/11/al-hikam-cara-menyikapi-antara-keinginan-dengan-takdir-Allah.html
--------------------
Aku harus meyakini bahwa kemauan keras termasuk kekuatan dan pendorong yang dimiliki manusia atas izin Allah untuk memperoleh seuatu yang dicari dalam kehidupan duniawi. Namun demikian, semangat dan cita-cita hamba Allah tetap memiliki koridor yang telah ditentukan, dan tetap berkaitan erat dengan iradah dan izin Allah ta’ala (takdir Allah). Apabila manusia menerima qadha dan qadar Allah setelah berikhtiar dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat, maka itulah iman yang sesungguhnya.
Aku harus meyakini bahwa kemauan keras termasuk kekuatan dan pendorong yang dimiliki manusia atas izin Allah untuk memperoleh seuatu yang dicari dalam kehidupan duniawi. Namun demikian, semangat dan cita-cita hamba Allah tetap memiliki koridor yang telah ditentukan, dan tetap berkaitan erat dengan iradah dan izin Allah ta’ala (takdir Allah). Apabila manusia menerima qadha dan qadar Allah setelah berikhtiar dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat, maka itulah iman yang sesungguhnya.
Yah
peristiwa hidup ini berjalan di atas rencana dan program Allah, tidak akan
terjadi apapun di bumi, kecuali atas kehendak Allah ta’ala belaka.
“Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya;
tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan
di laut. Tidak ada sehelai daun-pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak
ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah
atau yang kering, yang tidak tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)”
(Al An’aam : 59)
Takdir
sendiri adalah ketentuan akhir dari Allah untuk manusia. Apabila Allah telah
menetapkan takdir itu, maka tak seorang pun yang mampu menolaknya, ataupun
menundanya. Manusia tidak dapat mengandalkan angan-angannya untuk menjangkau
kehendak dan cita-citanya. Sebab setelah ikhtiar manusia akan dihadapkan kepada
kenyataan yang sebenarnya. Itulah takdir Allah.
“Tetapi kamu tidak mampu (menempuh
jalan itu), kecuali apabia dikehendaki Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui
lagi Maha BIjaksana.”
(Q.S Al-Insan : 30)
Dan
Kemulian ibadah seorang hamba adalah pada keadaan akhir, ketika ia dengan ikhlas
menerima ketentuan Allah.
Rasulullah
bersabda :
“Sesungguhnya hamba-hamba Allah itu
dihimpun pembentukannya dalam rahim ibunya empat puluh hari berupa nutfah,
kemudian berubah menjadi segumpal darah selama waktu itu juga, kemudian Allah
mengutus Malaikat kepadanya. Malaikat itu meniupkan ruh kepadanya, lalu ditetapkan
pada dirinya 4 kalimat. 1. Ditetapkan rizkinya. 2. Ditetapkan ajalnya. 3.
Ditetapkan pekerjaannya/amanya dan 4. Ditetapkan nasib bahagia atau susahnya
(HR Bukhari)
Di
atas empat perkara tersebut Allah telah menciptakan rahmat sebagai anugerah
baginya atas semesta alam,terbagi untuk semua makhluk. Rahmat dan kasih sayang
Allah itu tidak pandang siapa dan apapun melihat beraneka ragam pemberian dan
karunia. Rahmat Allah itu tidak terbatas, berjalan sepanjang hidup manusia dan
selama berkembangnya dunia ini.
---------------------
Note :
Note :
Terima
kasih untuk doa dan harapan dari saudara-saudaraku dan sahabat serta
teman-temanku saat aku menjalani proses Qadha dan Qadar -ku.
No comments:
Post a Comment