Friday, July 15, 2016

Antara Keinginan Dan Takdir Allah -- Australia Awards Scholarship 2016 Result



Sebuah miscall tercatat dalam hp-ku. Dari suami tercinta. Ehmmmm ada apa ya? Bukan jadi kebiasaan dia untuk menelepon kecuali untuk hal-hal yang mendesak. Istilahnya kalau ada telepon dari mas maka hati harus mulai berdebar-debar karena something urgent came up……hehehe.

Dan seperti biasa kalau telepon nggak keangkat pasti mas akan mengirim messagenya ke WA. Nah benar khan…..di WA tertulis. 13 July 2016. “Sudah dapat email dr ausaid blm? Temanku sdh dpt tapi unsuccessful….moga2 mama successful. Pasti deg2 an gak berani buka e-mail….Moga2 lolos ya Allah”…[icon tepalak tangan tertangkup].

Langsung aja gantian ku call si bapak. Dia Cuma ketawa-tawa mengoda sambil ngomong “Pasti deg2an ya. Ya udah kalau ndak berani buka tunggu aku saja. Padahal sebenarnya ya nggak ngaruh juga ma ada aku atau tidak toh hasilnya juga akan sama.” Ya iya sih…..
Akhirnya kubuka juga e-mailku dan di situ tertera



Wah berani buka nggak ya….yah kuputuskan menunggu kepulangan Mas Nug saja. Ndak jadi tertarik untuk membukanya. Alasan sesungguhnya adalah aku ingin menata hati untuk menyikapi kekecewaaan. Entah feelingku mengatakan aku ndak akan lolos kali ini…karena kondisi saat ini kok kayaknya kurang mendukung kalau seandainya aku diterima. Mas akan segera move ke Bali Agustus ini. Nadia dan Naila baru saja mendaftarkan diri ke SMA dan SD. Allah sepertinya bakal menempatkan aku pada takdir yang sebenarnya akan lebih meringankan daku….jadi sok tahu aja.
  
Sepulang mas nug, kami masih menyempatkan diri untuk keluar mengajak ibu makan di The Prak. Yah nyeneng-nyenengkan hati ibu yang paling senang kalau diajak makan di luar. Maklum sudah sepuh dan mungkin bosan saja seharian di rumah hanya tidur-tiduran saja. Oh ya ibu sudah seminggu ini istirahat di Salatiga.
Sepulang dari makan, dengan kondisi yang sudah siap menerima kabar terburuk akhirnya aku juga buka e-mail tersebut. Alhmadulilah, hasinya “NOT SUCCESSFUL” 



Loh kok Alhamdulillah….yah walau tetap ada rasa kecewa sih. Tetapi bahkan akal sehatku pun kali ini mantap mengatakan bahwa aku harus menyakini bahwa ini ada jalan terbaik yang diberikan oleh Allah. Coba aja bayangkan seandainya aku diterima dan harus menjalani proses seleksi selanjutnya tanpa ada suami yang bisa mendampingi. Minimal harus ke Semarang sebagai ibukota provinsi.  Trus kalau aku terus lolos dan harus menjalani program training selama entah berapa bulan sebelum berangkat ke sana…..anak-anak mau ditaruh bagaimana??? Wong selama ini juga kami sibuk pontang-panting mengurus mereka ditengah jadwal kerja kami karena kami tidak punya saudara di sini. Ya Allah terima kasih atas Takdir-Mu.

Kalau diingat apakah aku tidak berkemaunan keras saat menjalani proses untuk lolos….hehehe. Nggak juga sih semua proses sudah kujalankan dengan niat kuat juga. Beli buku2 IELTS  dan TOEFL ataupun rajin pinjam buku perpustakaan. Terus mencari-cari tes TOEFL yang akhirnya malah dapat yang kemahalan  karena tes-tes di beberapa universitas sudah tutup. Belajar dan belajar lagi….hehehe. 

Jadi tertarik untuk menuliskan lagi sebuah artikel yang insyaallah bisa jadi pengingat diriku dalam menghadapi kondisi ini. Sebagian catatan diambil dari http://www.majeliswalisongo.com/2015/11/al-hikam-cara-menyikapi-antara-keinginan-dengan-takdir-Allah.html

--------------------

Aku harus meyakini bahwa kemauan keras termasuk kekuatan dan pendorong  yang dimiliki manusia atas izin Allah untuk memperoleh seuatu yang dicari dalam kehidupan duniawi. Namun demikian, semangat dan cita-cita hamba Allah tetap memiliki koridor yang telah ditentukan, dan tetap berkaitan erat dengan iradah dan izin Allah ta’ala (takdir Allah). Apabila manusia menerima qadha dan qadar Allah setelah berikhtiar dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat, maka itulah iman yang sesungguhnya.

Yah peristiwa hidup ini berjalan di atas rencana dan program Allah, tidak akan terjadi apapun di bumi, kecuali atas kehendak Allah ta’ala belaka.

“Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun-pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)”

(Al An’aam : 59)


Takdir sendiri adalah ketentuan akhir dari Allah untuk manusia. Apabila Allah telah menetapkan takdir itu, maka tak seorang pun yang mampu menolaknya, ataupun menundanya. Manusia tidak dapat mengandalkan angan-angannya untuk menjangkau kehendak dan cita-citanya. Sebab setelah ikhtiar manusia akan dihadapkan kepada kenyataan yang sebenarnya. Itulah takdir Allah.

“Tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabia dikehendaki Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Maha BIjaksana.”

(Q.S Al-Insan : 30)

Dan Kemulian ibadah seorang hamba adalah pada keadaan akhir, ketika ia dengan ikhlas menerima ketentuan Allah.

Rasulullah bersabda :


“Sesungguhnya hamba-hamba Allah itu dihimpun pembentukannya dalam rahim ibunya empat puluh hari berupa nutfah, kemudian berubah menjadi segumpal darah selama waktu itu juga, kemudian Allah mengutus Malaikat kepadanya. Malaikat itu meniupkan ruh kepadanya, lalu ditetapkan pada dirinya 4 kalimat. 1. Ditetapkan rizkinya. 2. Ditetapkan ajalnya. 3. Ditetapkan pekerjaannya/amanya dan 4. Ditetapkan nasib bahagia atau susahnya

(HR Bukhari)

Di atas empat perkara tersebut Allah telah menciptakan rahmat sebagai anugerah baginya atas semesta alam,terbagi untuk semua makhluk. Rahmat dan kasih sayang Allah itu tidak pandang siapa dan apapun melihat beraneka ragam pemberian dan karunia. Rahmat Allah itu tidak terbatas, berjalan sepanjang hidup manusia dan selama berkembangnya dunia ini.  

---------------------

Note : 
Terima kasih untuk doa dan harapan dari saudara-saudaraku dan sahabat serta teman-temanku saat aku menjalani proses Qadha dan Qadar -ku.

No comments: