Hari ini bunda off lagi dari kerja. Karena bunda memang harus ke dokter lagi tapi bukan karena sakit, namun bunda ingin mempersiapkan kelahiran adikmu dengan baik.
Alhamdulillah, Kamis kemarin Tante Rima meminjamkan buku "Laskar Pelangi". Dan dijatah 3 hari harus selesai. Jadi Senin harus sudah dikembalikan kalau ketemu di Kantin nanti. Tapi ternyata meleset dari target. Saking kepincutnya sama isi buku ini, sudah sejak pulang di hari Kamis (di dalam mobil antaran), bunda sudah mulai membaca. Entah lagi sentimentil, ternyata Bunda bisa nangis plus kemudian tertawa membacanya. (Wah jadi nggak enak sama teman semobil). Tapi benar deh setelah itu langsung babat habis aja, sambil nyiapin makanan, sambil nyuci baju, sambil nunggu antrian dokter, sambil bersihin rumah. Jadinya ya cuma 1 hari udah kelar.
Buku itu ternyata di tanah air lagi booming bahkan disebutkan di Wikipedia Ensiklopedia buku tersebut diketahui sebagai Buku Sastra Indonesia Terlaris Sepanjang Sejarah Indonesia ....pengarang sendiri adalah seorang lelaki berambut ikal bernama "Andrea Hirata". Konon katanya buku ini adalah buku karangan pertamanya dan langsung meledak. Seperti biasa setiap peristiwa pasti mendatangkan pro dan kontra, begitu juga dengan buku ini.
Bagi bunda sendiri buku ini sangat menyentuh dan menginggatkan bunda juga akan Sangatta.....kota kecil dimana Nadia menghabiskan masa balita bersama bunda. Kota kecil itu 11 tahun yang lalu mungkin tidak banyak bedanya dengan kondisi Belitong saat cerita ini terjadi.
Satu hari nanti bunda akan bercerita mengenai kota itu.
Balik lagi ya nak ke cerita Laskar Pelangi. Cerita ini merupakan kisah dari 10 orang sahabat yang menjalani hari-hari sekolah di Sekolah Muhamaddiyah di Belitong. Ada Ikal yang merupakan tokoh Andrea sendiri, ada Lintang yang luar biasa jenius khususnya dalam bidang eksakta atau sains, ada Sahara yang digambarkan sebagai satu-satunya perempuan dalam kelompok ini tapi sangat berpendirian kuat dan sangat patuh pada agama, Lalu ada Mahar yang sangat cerdas di bidang seni, A Kiong yang baik hati serta suka menolong, Syahdan yang ceria dan tidak terlalu menonjol, Kucai si Rabun Jauh yang tidak terlalu pintar tapi pandai membual, Trapani yang sangat tergantung pada ibunya, dan Harun yang terbelakang mental.
Bab pertama udah bikin Bunda nangis karena menceritakan mengenai saat-saat genting penerimaan mereka sebagai murid baru. Karena sekolah harapan mereka satu-satunya terancam akan ditutup kalau murid barunya kurang dari 10 orang dan Harun yang terbelakang mentalnya malah menjadi penyelamat.
Buku ini bercerita tentang kondisi kemiskinan, sistim pendidikan, harapan, kuatnya cita-cita, semangat yang menyala dan persahabatan. Menyentuh dan lugas.
Bunda terinsipirasi oleh buku ini dan buku ini menginggatkan Bunda pada para pendidik yang bunda kenal selama ini, para pejuang. Lingkaran kemiskinan di negara kita serta sistim pendidikan yang belum juga tertata membuat kondisi pendidikan kita masih jauh dari yang kita harapkan. Untuk memperoleh pendidikan yang dianggap bermutu maka orang harus mengeluarkan biaya besar.
Di Austalia, bantuan pemerintah dalam pendidikan dasar 12 tahun SD sampai SMA sangat besar. Buktinya Nadia nggak usah bayar mahal-mahal untuk sekolah. Semua ada subsidi dari negara dan subsidi itu di biayai oleh pajak negara. Pajak di sini memang tinggi tapi memang terbukti untuk kepentingan publik. Semua sekolah publik sudah terstandarisasi, jadi sekolah di area manapun tidak terlalu berbeda jauh. Bahkan di daerah terpencilpun pemerintah tetap menyelenggarakan sekolah dengan fasilitas yang baik juga walaupun jumlah muridnya sedikit . Bukankah pendidikan memang merupakan Hak Dasar setiap orang. Dan dengan pendidikan kita mampu membuat manusia lebih berkualitas. Negara-pun insyaAllah bisa maju dengan putra-putra bangsa yang berkualitas dalam iman, kepribadian dan ilmu. Bunda kira dasar inilah yang harus segera diperbaiki.
PR kita masih banyak...........
No comments:
Post a Comment