Keputusan menghentikan sebagian
aktifitasku untuk fokus pada perkembangan putri-putriku akhirnya berbuah hasil
juga. Hari ini, di papan pengumuman sekolah terpampang hasi Try Out UN pertama
SDIT Nidaul Hikmah dengan nama Nadia (nama anak pertamaku), di urutan pertama.
Nilai total 26 berhasil di raihnya, 9 untuk bahasa Indonesia, 9 untuk Matematika dan 8 untuk
IPA. Mungkin bagi orang tua lain itu hal ini hanyalah urusan biasa, toh nilai
memang tidak menentukan segalanya. Tetapi bagi-ku proyek kecil bersama anakku
ini menjadi begitu berarti kalau menginggat perjuangan gigih dia mencoba mewujudkan
salah satu mimpinya. Tanpa terasa ada sedikit linangan air mata yang tergenang di
ujung mataku. Selamat ya nduk….perjuangan kita baru saja dimulai.
“Ma, jangan sibuk di depan computer
terus toh, mbok bantu aku belajar untuk UN” begitu rengek si sulung memintaku
di akhir November 2012. Di saat itu aku memang masih sibuk-sibuknya untuk
menyelesaikan proyek organisasiku yang seperti biasa cukup menyita waktu dan
pikiranku di sela-sela urusan keluarga.
Ups, what’s wrong nih? Nggak biasa-biasanya ada statement begini.
Biasanya dia berempati aja dengan kegiatanku yang seabrek yang jujur saja di
saat-saat tertentu jadi agak terlalu padat….hehehe ….”Loh khan biasanya mama
juga bantu kakak kalau lagi belajar”, jawabku membela diri sambil sedikit
mengernyitkan kening. Benakku mulai berusaha mencerna. Kok kelihatan desperate
banget nih anak, bukankah hampir selama setahun belakangan ini dia sudah begitu
mandiri untuk belajar sendiri tanpa perlu terlalu kuawasi. Tidak seperti awal-awal
dia kembali mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikannya,
dimana aku harus jatuh bangun untuk membantu dia memahami bahasanya sendiri.
Dan sepanjang setahun ini hasil pelajaran di sekolahnya pun alhamdulillah tidak
juga menurun atau mengecewakan.
Permintaan sedikit menghiba itu,
akhirnya membuatku berfikir. OK deh kalau anak sudah protes begini, berarti ada
yang sedikit error. Maka kuputuskan untuk fokus dulu deh pada nih anak yang
minta perhatian. Dan mulailah aku mencoba mencari tahu duduk persoalannya.
Pertama, kucek dulu kinerja kerja sebagai ibu rumah tangga. Kenapa dia sampai
protes bahwa aku walau fisiknya berada di rumah tetapi pikirannya ternyata
melalang ke penjuru dunia…..hehehe. Protes sulungku “Mama terlalu sering berada
di depan computer” menjadi masukan yang akhirnya membuatku memutuskan untuk
mulai menggurangi dulu aktifitas-aktifitasku di luar kedua anakku, walaupun
sebenarnya aktifitas itu cukup produktif….bukankah menebarkan ilmu juga
merupakan sebuah ranah produktifitas ibadah.
Dan aku berjanji padanya untuk
berusaha membantunya sekuat mungkin untuk mewujudkan mimpi Sukses UN-nya. Dan
langkah pertama kali yang kulakukan adalah mencari tahu dulu atau memetakan kemampuan
dia dalam memahami materi 3 mata pelajaran yang akan di UN-khan itu. Aku mulai
hunting buku-buku yang berhubungan dengan UN sampai blusukan cari buku loakan ke
loakan Pasar Raya Salatiga…..hehehe. Gitu ya kalau udah focus, sambil jalanpun
mata masih aja kelihatan aja kalau ada buku-buku bekas yang kelihatan bisa
digunakan untuk menambah perbendaharaan soal-soal. Dan tentu saja tak lupa mencari
pinjaman buku dari Ibu Guru-nya dan kakak-kakak kelas-nya.
Walau pilihan untuk mengikutkan dia Les di beberapa lembaga bimbingan belajar
yang banyak bertebaran bisa saja menjadi solusi yang termudah, tapi kami berdua
(aku dan bapaknya) tidak mengijinkan dia untuk ikut, karena kami berdua sudah membayangkan
betapa jenuhnya pikiran dia. Sudah seharian belajar materi kurikulum di
sekolah. Eh pulang-pulang masih juga harus les duduk manis ketemu dengan
hal-hal yang sama. Dunia khan tidak selebar daun kelor. Masih banyak hal lain
yang bisa dilakukan…..hehehe. Sebagai gantinya aku menawarkan pilihan untuk
membuatkan program “Sukses UN Tanpa Stres”. Syaratnya gampang…..Mimpi, Doa,
Sholat, Sedekah dan Follow the program step by step….walah emang emaknya ini
lebay deh kalau urusan begini. Kesepakatan pun dibuat, dan pengertianpun mulai
ditanamkam. “Kalau nggak mau stress, belajarnya dicicil ya”. Dan begitu
proyek-ku selesai di bulan Desember maka akupun untuk sementara mengundurkan
diri dulu dari hinggar bingar organisasi. Fokus untuk mulai menyusun strategi
buat sulungku. UN masih di bulan Mei, artinya kami masih punya 4 bulan ke depan
untuk menikmati proyek ini….hehehe.
Di 2 bulan pertama yaitu
Januari-Februari aku meminta dia untuk
menyelesaikan sebanyak mungkin contoh soal-soal yang coba kurangkumkan dengan
bantuan kisi-kisi dari pihak sekolah. Dengan pengolaha data statistic, mulailah
terlihat peta kesulitan dia. Mulailah bantuan tutorial aku berikan untuk menjelaskan materi-materi yang
belum dia kuasai. Hal ini lebih meringkas waktuku daripada aku harus mengulang
mengajar semua materi yang ternyata sudah dia kuasai. Wah jadi ngerasa ginikah
rasanya jadi guru les …hehehe. Dan sebagai konsekwensinya maka aku harus
meluangkan malam-malamku menjadi malam-malam penuh keasyikan mencari, mengevaluasi
soal-soal sesuai dengan materi dan pola soalnya untuknya. Tidak lupa untuk
komitment yang sudah dia berikan dalam menjalankan program bersama ini, kami
memberikan reward kalau dia berhasil menyelesaikan materi sesuai dengan jadwal
yang sudah kita sepakati. Yah reward bagi anak seumur dia masih tetap menjadi
hal yang ditunggu-tunggu. Rewardnya-pun nggak yang aneh-aneh, contohnya main
sepatu roda di selasar kartini, atau beli es krim kesenangannya.
Dan sebagai hasil awal dari proyek
ini. Aku mulai bisa merasakan beberapa hal yang positif. Dari pihakku aku
sendiri jadi tidak ikut stress karena mulai bisa memahami kesulitan anakku dan
mencoba membantunya. Nadia sulungku pun jadi nggak stress juga dan lebih
percaya diri ketika dia sudah makin memahami materi yang diajarkan. bahkan dia
jadi bisa menikmati mengerjakan soal-soal karena mengerjakannya sambil santai
tanpa dikejar-kejar waktu yang sudah mepet dengan saat ujiannya. Alias no SKS
(sistim kebut semalam). Sebagai buktinya
dia mau mengerjakan target penyelesaiannya di sela-sela dia menunggu-ku
meeting, atau saat kami menginap di
rumah saudara, bahkan dia masih mau tekun mengerjakan sepanjang perjalanan
salatiga – solo atau salatiga-semarang saat kami ada keperluan yang berhubungan
dengan proyek pembangunan Graha Nugraha kami….Alhamdulillah. Semua itu
dilakukan sambil masih sempat membantuku mengurus rumah, mengurus adiknya atau
menikmati kegemarannya di dunia craft. Maka yang ada di benakku cuma
harapan, kalau dia bisa menikmati proses
begini kemungkinan untuk materi-materi pelajarannya nyantol di memorinya khan
bisa lebih besar. Amien
Namun perjuangan kami belum selesai
sampai di sini. Satu demi satu tantangan ke depan masih harus dihadapi. Try Out
ke 2 sudah akan dimulai di awal minggu depan, Tryout – Tryout berikutnya sudah
menanti di bulan Maret dan April. Dan the Big Moment “Sang UN” masih harus
dilalui di bulan Mei. Tapi bagi kami yang terpenting adalah bahwa proyek ini bisa
menjadi salah satu proyek dari sekian banyak proyek pembentukan mental pada
anak-anak kami. Belajar Bermimpi, Mengajarkan Proses mewujudkan
Mimpi-Mimpinya, Meningkatkan Rasa Percaya Diri, Menanamkan Sikap Tawakal
Dalam Arti Yang Sesungguhnya, Membentuk Sikap Ulet-Pantang Menyerah, Meningkatkan
Kemampuan Problem Solving, Manajemen Waktu dan Kemampuan Menikmati Setiap
Proses-lah yang sedang kami coba untuk tanamkan bagi pengembangan jiwa
enterpreneurshipnya. Semoga Allah meridhoi upaya kami. Amien.
NB : Mohon doa untuk kesuksesannya
melalui semuanya ya……Terima Kasih banyak.