“hehehe………………”, suami dan anak gadisku tidak hentinya tertawa geli
mendengar tuturan ceritaku yang berbau sedikit protes. “Lah yo gimana
toh pa, wong hp kok dipakai nelpon ndak bisa. Kata bapak khan nih hp
Touch Screen jadi ya tak pikir dipencet di gambar telepon yang warnanya
hijau sudah bisa. Lah kok ini dipencet berkali-kali tetap aja ndak bisa.
Sampai orang itu berkali-kali call ndak ku angkat karena emang sama
sekali aku ndak ngerti kalau ternyata jari kita geraknya harus ngeser
dan bukan mencet.”
“Wah mama…..gini loh ma caranya. Dan dengan
jari-jari lentiknya yang lincah, Nadia (sulungku) mulai memainkan layar
hp baruku. Dan dengan gaya tutur khasnya yang mirip seorang guru, dia
mulai menerangkan gimana harusnya aku menerima telepon plus cara
menelepon di hp baru yang baru sehari sebelumnya dibelikan suami
tercinta. Dan sambil mesem-mesem setengah sebel aku berhasil juga
menghubungi no tadi yang ternyata adalah nomor kakakku.
Yah…..ketidaksukaanku
pada dunia tekhnologi memang sudah dikenal suami dan anakku sejak dulu.
Bahkan kegemaranku untuk memotret dan utak-atik scrapbooking-pun belum
bisa mengalahkan keengananku untuk belajar lebih mendalam tentang
tehnology gadget2 terbaru yang mungkin saja bisa melejitkan potensiku di
situ.
Ingat gaptekku jadi ingat bapakku…….3 tahun yang lalu bapak
membeli sebuah laptop guna menunjang kegiatan beliau setelah pensiun.
Karena ternyata walau sudah memasuki masa purna bakti, bapak masih saja
ingin aktif dan berguna buat masyarakat. Dan begitu selesai purna bakti
sebagai PNS, bapak malah diberi kepercayaan untuk menjadi pengawas di
sebuah lembaga pendidikan sebuah partai besar di Jawa Timur. Dan
begitulah dari hari ke hari, bapak memang terlihat sibuk di depan
laptopnya mengerjakan pekerjaan sebagai pengawas keuangan itu. Tetapi ya
begitu, setiap aku pulang ke Surabaya, bapak selalu saja bertanya
apakah bisa membantunya untuk lebih mengoptimalkan penggunaan
spreadssheet excel yang dipakainya. Dan ketika di suatu saat aku
berkesempatan untuk melihat pekerjaan bapak, ternyata kondisinya beliau
sih memang sudah menggunakan speadsheet excel tetapi masih dalam tingkat
sekedar memasukkan data dan mengolahnya dengan menu-menu excel yang
sederhana saja dan belum sampai tingkatan mengoptimalkan menu-menu
shortcut di dalamnya. Padahal adikkku yang jago di bidang itu katanya
sudah berulang kali mengajari bapak. Tetapi dia selalu mengeluh “takon
maneh….takon maneh”….hehehe. Jadi entah karena usia ataukah passion yang
berbeda maka bapak tetap dianggap masih gaptek oleh anak-anaknya……maaf
ya pak....hehehe.
Dan sejarah berulang lagi kini……..aku yang
dianggap lebih mampu menggunakan gadget2 di jamanku ternyata masih kalah
terampil dengan anak gadisku yang baru menginjak usia SD. Ups bayangan
tehnologi masa depan langsung bersliweran di benakku. Kalau saat ini aku
masih berhadapan dengan tehnologi layar sentuh yang masih mengunakan
media keras. Di jamannya nanti mungkin tehnologi holo akan merambah
kehidupannya. Touch Air (ini istilahku sendiri….hehehe soalnya nggak
ngerti istilah yang dipakai umum) akan mengantikan Touch Screen. Jadi
kebayang film-film futuristic. Dan apakah aku masih bisa mengikuti
ataukah harus tergagap-gagap juga seperti bapak-ku ketika beralih dari
jaman Lotus ke Excel…..Entahlah. Semuanya kembali kepada diriku sendiri.
Aku
berharap aku masih bisa mengejar ketertinggalanku dengan mulai
sedikit-sedikit melirik tehnologi. Mengutak-atiknya kembali. Apalagi
kini aku bergabung dalam sebuah komunitas “Never Ending Learning” –
Institut Ibu Profesional. Tidak ada lagi kata mundur untuk mengejar
ketertinggalan. Dunia tehnologi sudah harus menjadi salah satu bagian
nafas kehidupanku.
Bagaimana tidak harus bersentuhan dengan dunia
tehnologi....karena padatnya jadwal kegiatan yang perlu didokumentasikan
maka kalau dulu kamera dan handycampku lebih banyak mengantung hampir
jamuran, kini hampir setiap minggu aku harus memburu objek-objek dalam
kegiatan-kegiatan yang komunitas kami lakukan. Dan karena ingin
menelorkan hasil terbaik maka untuk mengasah kemampuan fotografiku, aku
jadi lebih fokus belajar subject ini dari siapapun. Dari mulai
menghilangkan rasa malu untuk bertanya pada orang-orang yang lebih
mumpuni, mulai sedikit-sedikit mempelajari hasil foto dari para
fotografer yang kuanggap yahut hasilnya, kemudian mencoba bergabung
dengan komunitas fotografer di dunia maya untuk mendapat tips dan
tricknya.
Tidak hanya berhenti di situ. Lalu karena keinginan yang
kuat untuk mempresentasikan hasil foto agar bisa bercerita maka aku
mulai bersentuhan dengan Digital Editing dengan mulai kembali belajar
dunia photoshop. Bahkan sejak kami harus mulai berurusan dengan dunia
pecetakan saat komunitas kami mulai mencoba membuat buletin, maka
Photoshop bukan lagi menjadi satu-satunya alat untuk mengekspresikan
kecintaanku pada dunia seni scrapbooking tetapi aku mulai memaksa diriku
bersentuhan dengan program CorelDraw yang ternyata lebih banyak dipakai
di dunia cetak-mencetak…………..Ups!!!. benar-benar NEVER ENDING JOURNEY
Dan
sebagai hasil memaksakan diri untuk mau bersentuhan dengan dunia
tehnologi maka kini kini aku mulai sedikit merasa tak terlalu jauh-jauh
banget tertinggal dengan anak gadisku, (itu mungkin cuma perasaanku
karena kenyataan sebenarnya untuk kecepatan menguasai sebuah program
baru aku tetap jauh tertinggal darinya……hehehe).
Terbukti, dalam
urusan edit-mengedit ilustrasi untuk tulisan-tulisannya sampai saat ini
ternyata masih bisa memuaskan kemauannya, karena kelihatan dia senang
sekali kalau aku membuat ilustrasi tulisannya dari gambar-gambar lucu
atau foto-foto dirinya. Lalu saat dia berkegiatan baik di sekolah
ataupun di luar sekolah, dia juga masih suka memintaku untuk
memotretnya, dan dia tampak percaya bahwa ibunya akan memberikan hasil
foto terbaiknya walau tak sehebat fotografer profesional.
Dan
kalau kemarin-kemarin ingin rasanya kembali ke hp jadulku yang nyaman
dipencet-pencet tutsnya…..kini aku berfikir untuk memaksimalkan potensi
gadget2 ku, mengexplorasi kemampuan mereka untuk menunjang jiwa
petualanganku. Apalagi setelah aku mendengar hasil rekaman-rekaman
lagu-lagu anak-anak yang kunyanyikan untuk Naila-my toodler. Ini
terinspirasi “Pelangi Nada” di Rumah Inspirasinya Bu Lala dan Pak Aar.
Wuik jadi tambah narcis deh……hehehe…..berasa punya suara merdu mendayu,
dan berharap anakku dan aku sendiri bisa menyimpan kenangan suara-suara
kami untuk nostalgia indah dan pembelajaran kami akan kehidupan yang
lebih berwarna.
Jadi kini kalau dilontarkan sebuah pertanyaan :
“siapkan anda untuk mengerakkan kemauan dan kemampuan diri untuk
memenuhi tantangan “Self Improvement is a never ending journey” untuk
memcapai kehidupan yang lebih baik?
Dengan yakin aku akan menjawab ……….mengapa tidak !!!