Setiap selesai sholat maghrib biasanya Nadia akan meminta kami
menyimak hafalan surat Al-Qur'annya. Alhamdulillah semua itu dia lakukan
atas permintaannya sendiri. Keputusan kami untuk menyekolahkan dia ke
sekolah Islam sekembalinya kami dari Australia mampu sedikit demi
sedikit mengembalikan dia ke habitat yang kami inginkan yaitu
mendekatkan diri kepada ajaran-ajaran Islam. Salah satunya dengan mulai
mengenal Al Qur'an.
Mungkin banyak yang akan berkata cukup
terlambat di usianyanya yang ke 8 tahun [saat kami kembali] untuk
memulai lagi. Dan aku menyadari itu sebagai kesalahan
terbesar-ku....karena saat kami masih di OZ aku tidak serius mengarap
ladang amal ini. Aku hanya sedikit mengajari dia tentang qiroaty dan
juga tidak terlalu sering mengunjungi TPA di sana [TPA Kampung
Melayu-Tonsley dan TPA Payneham] hanya karena alasan lokasi yang cukup
jauh dari tempat tinggal kami waktu itu.
Tapi tekad kuat
dan ditunjang dengan kecerdasan lingusitik dan dukungan dari para
ustadzah-nya. Alhamdulillah kemampuan menghafal Al Qur'annya sudah mulai
muncul kuncupnya. InsyaAllah akan kita semai sama-sama nak karena
hafalan ibumu-pun masih jauh dari kata cukup......:(.
Tak
ingin menjadi "keledai" yang melakukan kesalahan untuk kedua kalinya.
Aku ingin melakukan sesuatu yang berbeda untuk Naila the second yang
baru berusia 19 bulan. Akankah impianku menjadi
nyata......InsyaAllah.....
"Tidak Ada Yang Tidak mungkin.......Nikmati
proses pencarianmu dan serahkanlah Hasil-nya hanya pada Kebesaran
Allah"..... Bismillah !!!
Hari ini sebuah artikel menambah semangatku untuk mencari jawaban dari pencarianku : "Mengajarkan Al Qur'an pada balita"
Resource : http://learningathome.wordpress.com/2007/01/26/cerita-dari-sekolah-penghafal-quran-balita/
Cerita dari Sekolah Penghafal Qur’an Balita
Saya
tinggal di Iran dan punya anak usia empat tahun. Sejak tiga bulan lalu,
saya masukkan dia ke sekolah hafiz Quran untuk anak2. Setelah masuk,
wah ternyata unik banget metodenya. (Siapa tau bisa dijadikan masukan
buat akhwat2 yg berkecimpung di bidang ini.)
Anak-anak
balita yang masuk ke sekolah ini (namanya Jamiatul Quran), tidak disuruh
langsung ngapalin juz’amma, melainkan setiap kali datang, diperlihatkan
gambar misalnya, gambar anak lagi cium tangan ibunya, (di rumah, anak
disuruh mewarnai gambar itu), lalu guru cerita ttg gambar itu (jadi anak
harus baik.dll).
Kemudian, si guru ngajarin ayat
“wabil waalidaini ihsaana/Al Isra:23″ dengan menggunakan isyarat (kayak
isyarat tuna rungu), misalnya, “walidaini”, isyaratnya bikin kumis dan
bikin kerudung di wajah (menggambarkan ibu dan ayah). Jadi, anak2
mengucapkan ayat itu sambil memperagakan makna ayat tersebut. Begitu
seterusnya (satu pertemuan hanya satu atau dua ayat yg diajarkan). Hal
ini dilakukan selama 4 sampai 5 bulan. Setelah itu, mereka belajar
membaca, dan baru kemudian mulai menghapal juz ‘amma.
Suasana
kelas juga semarak banget. Sejak anak masuk ke ruang kelas, sampai
pulang, para guru mengobral pujian-pujian (sayang, cantik, manis,
pintar.dll) dan pelukan atau ciuman. Tiap hari (sekolah ini hanya 3 kali
seminggu) selalu ada saja hadiah yang dibagikan untuk anak-anak, mulai
dari gambar tempel, pensil warna, mobil2an, dll.
Habis
baca doa, anak-anak diajak senam, baru mulai menghapal ayat. Itupun,
sebelumnya guru mengajak ngobrol dan anak2 saling berebut memberikan
pendapatnya. (Sayang anak saya krn masalah bahasa, cenderung diam, tapi
dia menikmati kelasnya). Setelah berhasil menghapal satu ayat, anak-anak
diajak melakukan berbagai permainan. Oya, para ibu juga duduk di kelas,
bareng2 anak2nya. Kelas itu durasinya 90 menit .
Hasilnya?
Wah, bagus banget! Ketika melihat saya membuka keran air terlalu
besar, anak saya akan nyeletuk, “Mama, itu israf (mubazir)!” (Soalnya,
gurunya menerangkan makna surat Al A’raf :31 “kuluu washrabuu
walaatushrifuu/ makanlah dan minumlah, dan jangan israf/berlebih2an) .
Waktu
dia lihat TV ada polisi ngejar2 penjahat, dia nyeletuk “Innal hasanaat
tushrifna sayyiaat/ Sesungguhnya kebaikan akan mengalahkan kejahatan”
(Hud:114).
Teman saya mengeluh (dengan nada bangga) bahwa
tiap kali dia ngobrol dgn temannya ttg orang lain, anaknya akan nyeletuk
“Mama, ghibah ya?” (soalnya, dia sudah belajar ayat “laa yaghtab
ba’dhukum ba’dhaa”/Mujadalah: 12).
Anak saya (dan anak2
lain, sesuai penuturan ibu2 mereka), ketika sendirian, suka sekali
mengulang2 ayat2 itu tanpa perlu disuruh. Ayat2 itu seolah-olah menjadi
bagian dari diri mereka.
Mereka sama sekali tidak disuruh
pakai kerudung. Tapi, setelah diajarkan ayat ttg jilbab (An-Nur:31)! ,
mereka langsung minta sama ibunya untuk dipakaikan jilbab. Anak saya,
ketika ingkar janji (misalnya, janji nggak main lama2, trus
ternyata mainnya lama), saya ingatkan ayat “lima taquuluu maa laa
taf’alun” (As-Shaf:2). dia langsung bilang “Nanti nggak gitu lagi Ma.!”
Akibatnya, jika saya mengatakan sesuatu dan tidak saya tepati, ayat itu
pula yang keluar dari mulutnya!
Setelah tanya2 ke
pihak sekolah, baru saya tahu bahwa metode seperti ini, tujuannya adalah
untuk menimbulkan kecintaan anak2 kepada Al Quran. Anak2 balita itu di
masa depan akan mempunyai kenangan indah ttg Al Quran. Saya pikir2 benar
juga. Saya ingat, dulu waktu kecil pergi ke TPA (Taman Pendidkan Al
Quran) di Indonesia, rasanya maless.. banget (Kalo nggak dipaksa ortu,
nggak jalan deh). Bagi saya, TPA identik dengan beban berat, PR yaang
banyak, hapalan bejibun, guru galak, dsb. Pernah saya dengar, di sekolah
Kristen anak2 diberi hadiah dan dikatakan kepada mereka bahwa itu dari
Yesus. Nah, kenapa kita kaum muslim yang meyakini bahwa agama kitalah
yang paling benar, tidak meniru cara ini agar anak2 merasa cinta kepada
Allah dan Quran? Bagaimanapun, dunia anak2 adalah dunia materi. Mereka
baru bisa menyerap hal2 yang nyata, seperti hadiah (dan belum paham,
pahala itu apa). Para orangtua teman sekelas anak saya juga pada cerita
bahwa anak2nya malah nangis kalau nggak diajak ke sekolah. Malah, buat
anak saya, ancaman tidak diantar ke sekolah adalah ancaman paling ampuh,
kalau dia nakal (dia akan langsung nangis, hehehe…mamanya nakal ya?).
Metode
pengajaran ayat Quran dengan menggunakan isyarat ini diciptakan oleh
seorang ulama bernama Sayyid Thabathabai. Anak beliau yang pertama pada
usia 5 tahun di bawah bimbingan beliau sendiri, sudah hapal seluruh juz
Al Quran, berikut maknanya, hapal topik2nya (misalnya, ditanyakan, coba
sebutkan ayat2 mana saja yg berbicara ttg akhlak kepada orangtua, dia
akan menyebut, ayat ini..ini..ini. .), dan mampu bercakap-cakap dengan
bahasa Al Quran (misalnya ditanya; makanan favoritmu apa, dia akan
menjawab “Kuluu mimma fil ardhi halaalan thayyibaa” (Al Baqarah:168) .
Anak kedua juga memiliki kemampuan sama, tapi sedikit lebih lambat,
mungkin usia 6 atau 7 tahun.
Keberhasilan anak2
Sayyid Thabathabai itu benar-benar fenomenal ( bahkan anak pertamanya
diberi gelar Doktor Honoris Causa di bidang Ulumul Quran oleh sebuah
universitas di Inggris ), sehingga sejak itu, gerakan menghapal Quran
untuk anak-anak kecil benar2 digalakkan di Iran. Setiap anak penghapal
Quran dihadiahi pergi haji bersama orang tuanya oleh negara dan setiap
tahunnya ratusan anak kecil di bawah usia 10 tahun berhasil menghapal Al
Quran ( jumlah ini lebih banyak kalau dihitung juga dengan anak lulusan
dari sekolah2 lain ). Salah satu tujuan Iran dalam hal ini ( kata salah
seorang guru ) adalah untuk menepis isu-isu dari musuh-musuh Islam yang
ingin memecah-belah umat muslim, yang menyatakan bahwa Quran-nya orang
Iran itu beda / lain daripada yg lain.
Saya pernah
diskusi dgn teman saya dosen ITB, dia mengatakan bahwa metode seperti
itu merangsang kecerdasan anak karena secara bersamaan anak akan melihat
gambar, mendengar suara, melakukan gerakan-gerakan yang selaras dengan
ucapan verbal, dll. Sebaliknya, menghapal secara membabi-buta, malah
akan membuntukan otak anak. Selain itu, menurut guru di Jamiatul Quran
ini, pengalaman menunjukkan bahwa anak-anak yang menghapal Quran dengan
melalui proses isyarat ini (jadi mulai sejak balita sudah masuk ke
sekolah itu) lebih berhasil dibandingkan anak-anak yang masuk ke sana
ketika usia SD. Selain itu, menghapal Al Quran lengkap dengan pemahaman
atas artinya jauh lebih bagus dan awet (nggak cepat lupa) bila
dibandingkan dengan hapal cangkem (mulut).
Wassalam. Semoga Bermanfa’at.
Penuturan
Dina Sulaeman di Kafemuslimah. Bisa dilihat juga di
http://bundakirana.multiply.com/journal?&=&page_start=100 atau
bisa dihubungi di bundakirana@yahoo.com
————————–
Nah, orang
tua mana yang tidak kepingin? Merupakan kebahagian terbesar dan tidak
terkira jika punya anak-anak penghapal Qur’an. Terlepas dari penemu
metode ini yang terkenal sebagai seorang ulama mazhab Syi’ah, saya
tertarik utamanya dengan metode pengajarannya. Kita bisa mencoba kepada
anak dengan menggunakan tafsir yang yang menjadi pegangan kita. Mungkin
memang harus bongkar pasang metode sampai menemukan metode yang sesuai
dengan cara anak belajar.
Bagaimanapun, cerita ini sungguh menggugah kesadaran saya. Bahwa kita bisa mengajarkan Al Qur’an dengan lebih berkesan.
UPDATE —————
Ternyata
metode JQ ini sudah ada yang menerapkan yaitu di Rumah Qurani di
Bandung. Penjelasan mengenai metodenya (walaupun belum lengkap) bisa
dilihat di Rumah Pohon. Ada contoh video pengajaran kitab satu dari
Kirana anaknya Mbak Dina yang cerita di atas, bisa didownload. Ada pula
contoh komik dari ayat-ayat yang diajarkan versi Rumah Qurani (RQ), ada
contoh lagu, dan ada contoh VCD-nya. Sayang belum dijual bebas, kita
harus pesan ke RQ dan yang tertarik bisa tanya-tanya soal pelatihan
metode ini.