Thursday, May 26, 2011

Satu Impian..........."Penghafal-Penghafal Al Qur'an"

Setiap selesai sholat maghrib biasanya Nadia akan meminta kami menyimak hafalan surat Al-Qur'annya. Alhamdulillah semua itu dia lakukan atas permintaannya sendiri. Keputusan kami untuk menyekolahkan dia ke sekolah Islam sekembalinya kami dari Australia mampu sedikit demi sedikit mengembalikan dia ke habitat yang kami inginkan yaitu mendekatkan diri kepada ajaran-ajaran Islam. Salah satunya dengan mulai mengenal Al Qur'an.

Mungkin banyak yang akan berkata cukup terlambat di usianyanya yang ke 8 tahun [saat kami kembali] untuk memulai lagi. Dan aku menyadari itu sebagai kesalahan terbesar-ku....karena saat kami masih di OZ aku tidak serius mengarap ladang amal ini. Aku hanya sedikit mengajari dia tentang qiroaty dan juga tidak terlalu sering mengunjungi TPA di sana [TPA Kampung Melayu-Tonsley dan TPA Payneham]  hanya karena alasan lokasi yang cukup jauh dari tempat tinggal kami waktu itu.

Tapi tekad kuat dan ditunjang dengan kecerdasan lingusitik dan dukungan dari para ustadzah-nya. Alhamdulillah kemampuan menghafal Al Qur'annya sudah mulai muncul kuncupnya. InsyaAllah akan kita semai sama-sama nak karena hafalan ibumu-pun masih jauh dari kata cukup......:(.

Tak ingin menjadi "keledai" yang melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. Aku ingin melakukan sesuatu yang berbeda untuk Naila the second yang baru berusia 19 bulan. Akankah impianku menjadi nyata......InsyaAllah.....

"Tidak Ada Yang Tidak mungkin.......Nikmati proses pencarianmu dan serahkanlah Hasil-nya hanya pada Kebesaran Allah"..... Bismillah !!!

Hari ini sebuah artikel menambah semangatku untuk mencari jawaban dari pencarianku : "Mengajarkan Al Qur'an pada balita"

Resource : http://learningathome.wordpress.com/2007/01/26/cerita-dari-sekolah-penghafal-quran-balita/

Cerita dari Sekolah Penghafal Qur’an Balita


Saya tinggal di Iran dan punya anak usia empat tahun. Sejak tiga bulan lalu, saya masukkan dia ke sekolah hafiz Quran untuk anak2. Setelah masuk, wah ternyata unik banget metodenya. (Siapa tau bisa dijadikan masukan buat akhwat2 yg berkecimpung di bidang ini.)

Anak-anak balita yang masuk ke sekolah ini (namanya Jamiatul Quran), tidak disuruh langsung ngapalin juz’amma, melainkan setiap kali datang, diperlihatkan gambar misalnya, gambar anak lagi cium tangan ibunya, (di rumah, anak disuruh mewarnai gambar itu), lalu guru cerita ttg gambar itu (jadi anak harus baik.dll).

Kemudian, si guru ngajarin ayat “wabil waalidaini ihsaana/Al Isra:23″ dengan menggunakan isyarat (kayak isyarat tuna rungu), misalnya, “walidaini”, isyaratnya bikin kumis dan bikin kerudung di wajah (menggambarkan ibu dan ayah). Jadi, anak2 mengucapkan ayat itu sambil memperagakan makna ayat tersebut. Begitu seterusnya (satu pertemuan hanya satu atau dua ayat yg diajarkan). Hal ini dilakukan selama 4 sampai 5 bulan. Setelah itu, mereka belajar membaca, dan baru kemudian mulai menghapal juz ‘amma.

Suasana kelas juga semarak banget. Sejak anak masuk ke ruang kelas, sampai pulang, para guru mengobral pujian-pujian (sayang, cantik, manis, pintar.dll) dan pelukan atau ciuman. Tiap hari (sekolah ini hanya 3 kali seminggu) selalu ada saja hadiah yang dibagikan untuk anak-anak, mulai dari gambar tempel, pensil warna, mobil2an, dll.

Habis baca doa, anak-anak diajak senam, baru mulai menghapal ayat. Itupun, sebelumnya guru mengajak ngobrol dan anak2 saling berebut memberikan pendapatnya. (Sayang anak saya krn masalah bahasa, cenderung diam, tapi dia menikmati kelasnya). Setelah berhasil menghapal satu ayat, anak-anak diajak melakukan berbagai permainan. Oya, para ibu juga duduk di kelas, bareng2 anak2nya. Kelas itu durasinya 90 menit .

Hasilnya? Wah, bagus banget! Ketika melihat saya membuka keran air  terlalu besar, anak saya akan nyeletuk, “Mama, itu israf (mubazir)!” (Soalnya, gurunya menerangkan makna surat Al A’raf :31 “kuluu washrabuu walaatushrifuu/ makanlah dan minumlah, dan jangan israf/berlebih2an) .
 
Waktu dia lihat TV ada polisi ngejar2 penjahat, dia nyeletuk “Innal hasanaat tushrifna sayyiaat/ Sesungguhnya kebaikan akan mengalahkan kejahatan” (Hud:114).

Teman saya mengeluh (dengan nada bangga) bahwa tiap kali dia ngobrol dgn temannya ttg orang lain, anaknya akan nyeletuk “Mama, ghibah ya?” (soalnya, dia sudah belajar ayat “laa yaghtab ba’dhukum ba’dhaa”/Mujadalah: 12).

Anak saya (dan anak2 lain, sesuai penuturan ibu2 mereka), ketika sendirian, suka sekali mengulang2 ayat2 itu tanpa perlu disuruh. Ayat2 itu seolah-olah menjadi bagian dari diri mereka.

Mereka sama sekali tidak disuruh pakai kerudung. Tapi, setelah diajarkan ayat ttg jilbab (An-Nur:31)! , mereka langsung minta sama ibunya untuk dipakaikan jilbab. Anak saya, ketika ingkar janji (misalnya, janji nggak main lama2, trus ternyata mainnya lama), saya ingatkan ayat “lima taquuluu maa laa taf’alun” (As-Shaf:2). dia langsung bilang “Nanti nggak gitu lagi Ma.!” Akibatnya, jika saya mengatakan sesuatu dan tidak saya tepati, ayat itu pula yang keluar dari mulutnya!

Setelah tanya2 ke pihak sekolah, baru saya tahu bahwa metode seperti ini, tujuannya adalah untuk menimbulkan kecintaan anak2 kepada Al Quran. Anak2 balita itu di masa depan akan mempunyai kenangan indah ttg Al Quran. Saya pikir2 benar juga. Saya ingat, dulu waktu kecil pergi ke TPA (Taman Pendidkan Al Quran) di Indonesia, rasanya maless.. banget (Kalo nggak dipaksa ortu, nggak jalan deh). Bagi saya, TPA identik dengan beban berat, PR yaang banyak, hapalan bejibun, guru galak, dsb. Pernah saya dengar, di sekolah Kristen anak2 diberi hadiah dan dikatakan kepada mereka bahwa itu dari Yesus. Nah, kenapa kita kaum muslim yang meyakini bahwa agama kitalah yang paling benar, tidak meniru cara ini agar anak2 merasa cinta kepada Allah dan Quran? Bagaimanapun, dunia anak2 adalah dunia materi. Mereka baru bisa menyerap hal2 yang nyata, seperti hadiah (dan belum paham, pahala itu apa). Para orangtua teman sekelas anak saya juga pada cerita bahwa anak2nya malah nangis kalau nggak diajak ke sekolah. Malah, buat anak saya, ancaman tidak diantar ke sekolah adalah ancaman paling ampuh, kalau dia nakal (dia akan langsung nangis, hehehe…mamanya nakal ya?).

Metode pengajaran ayat Quran dengan menggunakan isyarat ini diciptakan oleh seorang ulama bernama Sayyid Thabathabai. Anak beliau yang pertama pada usia 5 tahun di bawah bimbingan beliau sendiri, sudah hapal seluruh juz Al Quran, berikut maknanya, hapal topik2nya (misalnya, ditanyakan, coba sebutkan ayat2 mana saja yg berbicara ttg akhlak kepada orangtua, dia akan menyebut, ayat ini..ini..ini. .), dan mampu bercakap-cakap dengan bahasa Al Quran (misalnya ditanya; makanan favoritmu apa, dia akan menjawab “Kuluu mimma fil ardhi halaalan thayyibaa” (Al Baqarah:168) . Anak kedua juga memiliki kemampuan sama, tapi sedikit lebih lambat, mungkin usia 6 atau 7 tahun.

Keberhasilan anak2 Sayyid Thabathabai itu benar-benar fenomenal ( bahkan anak pertamanya diberi gelar Doktor Honoris Causa di bidang Ulumul Quran oleh sebuah universitas di Inggris ), sehingga sejak itu, gerakan menghapal Quran untuk anak-anak kecil benar2 digalakkan di Iran. Setiap anak penghapal Quran dihadiahi pergi haji bersama orang tuanya oleh negara dan setiap tahunnya ratusan anak kecil di bawah usia 10 tahun berhasil menghapal Al Quran ( jumlah ini lebih banyak kalau dihitung juga dengan anak lulusan dari sekolah2 lain ). Salah satu tujuan Iran dalam hal ini ( kata salah seorang guru ) adalah untuk menepis isu-isu dari musuh-musuh Islam yang ingin memecah-belah umat muslim, yang menyatakan bahwa Quran-nya orang Iran itu beda / lain daripada yg lain.

Saya pernah diskusi dgn teman saya dosen ITB, dia mengatakan bahwa metode seperti itu merangsang kecerdasan anak karena secara bersamaan anak akan melihat gambar, mendengar suara, melakukan gerakan-gerakan yang selaras dengan ucapan verbal, dll. Sebaliknya, menghapal secara membabi-buta, malah akan membuntukan otak anak. Selain itu, menurut guru di Jamiatul Quran ini, pengalaman menunjukkan bahwa anak-anak yang menghapal Quran dengan melalui proses isyarat ini (jadi mulai sejak balita sudah masuk ke sekolah itu) lebih berhasil dibandingkan anak-anak yang masuk ke sana ketika usia SD. Selain itu, menghapal Al Quran lengkap dengan pemahaman atas artinya jauh lebih bagus dan awet (nggak cepat lupa) bila dibandingkan dengan hapal cangkem (mulut).

Wassalam. Semoga Bermanfa’at.

Penuturan Dina Sulaeman di Kafemuslimah. Bisa dilihat juga di http://bundakirana.multiply.com/journal?&=&page_start=100 atau bisa dihubungi di bundakirana@yahoo.com
 
————————–
Nah, orang tua mana yang tidak kepingin? Merupakan kebahagian terbesar dan tidak terkira jika punya anak-anak penghapal Qur’an. Terlepas dari penemu metode ini yang terkenal sebagai seorang ulama mazhab Syi’ah, saya tertarik utamanya dengan metode pengajarannya. Kita bisa mencoba kepada anak dengan menggunakan tafsir yang yang menjadi pegangan kita. Mungkin memang harus bongkar pasang metode sampai menemukan metode yang sesuai dengan cara anak belajar.

Bagaimanapun, cerita ini sungguh menggugah kesadaran saya. Bahwa kita bisa mengajarkan Al Qur’an dengan  lebih berkesan.

UPDATE —————

Ternyata metode JQ ini sudah ada yang menerapkan yaitu di Rumah Qurani di Bandung. Penjelasan mengenai metodenya (walaupun belum lengkap) bisa dilihat di Rumah Pohon. Ada contoh video pengajaran kitab satu dari Kirana anaknya Mbak Dina yang cerita di atas, bisa didownload. Ada pula contoh komik dari ayat-ayat yang diajarkan versi Rumah Qurani (RQ), ada contoh lagu, dan ada contoh VCD-nya. Sayang belum dijual bebas, kita harus pesan ke RQ dan yang tertarik bisa tanya-tanya soal pelatihan metode ini.